Lagu Kebangsaan KKN

Masih dalam rangka nostalgia masa KKN. 

Aku mengikuti kegiatan KKN pada tahun 2019 lalu, di sebuah kabupaten yang berjarak kurang lebih 20 km dari kampus. Tempat ini...dibilang kota ya gak kota-kota amat, dibilang pelosok ya gak juga. 

Selama KKN 50 hari, aku dan teman sekelompok nginep di rumah Kepala Dukuh. FYI, satu dukuh terdiri dari beberapa RW. Sementara itu, satu desa terdiri dari beberapa dukuh. 

Di tempat aku KKN, kepala dukuhnya dijabat oleh perempuan. Orang-orang memanggilnya "Bu Dukuh".

Ada satu kejadian yang masih aku ingat sampai sekarang. Yakni, ketika aku dan teman-teman pertama kali menginjakkan kaki di rumah Bu Dukuh, aku mendengar ada suara orang lagi nyanyi-nyanyi. 

Aku kira, itu pengamen. 

Aku pun berencana mengambil uang di dompet untuk aku kasih ke pengamen. Tapi, aku males. Mager (malas gerak) aja gitu rasanya. 

Soalnya, dompetku ada di tas ransel. Di dalam tas ransel itu ada sekian banyak barang. Dan sudah pasti, dompetku tertimbun oleh barang-barang itu. 

Jadi, untuk mengambil dompet, terlebih dahulu aku harus mengeluarkan barang-barang itu satu per satu. 

Kelamaan, keburu pengamennya pergi.

Begitu batinku berusaha mencari alasan logis. Lebih tepatnya, mencari dalih atas ke-mager-anku 😆  

Tidak berselang lama, suara orang nyanyi-nyanyi itu sudah tidak ada lagi. 

Aku pun bertanya ke salah seorang teman, "Pengamennya udah pergi, ya?" 

Temanku mengernyitkan dahi, lalu menjawab, "Pengamen apaan?" 
"Itu tadi ada suara orang nyanyi-nyanyi. Itu pengamen, kan?" 
"Bukan. Itu mah suara lagu yang disetel suaminya Bu Dukuh." 

Dan, kami pun ngakak bersama-sama. 

Duh, kok bisa-bisanya, suara lagu yang disetel oleh suaminya Bu Dukuh di speaker aku kira suara pengamen? Untung aku mager, gak jadi ambil uang di dompet. 

Kalo misalnya aku gak mager, terus beneran ambil uang di dompet, terus aku menuju ke teras untuk menemui si "pengamen", terus aku celingak-celinguk mencari si "pengamen", terus suami Bu Dukuh nanya, "Cari siapa, mbak?" 

"Cari pengamen, pak. Lho, ini pengamennya mana, pak? Suaranya ada, tapi kok orangnya gak ada?" 

Hahaha... kalau itu sampai beneran terjadi, malu banget aku pasti 😂 

So, ternyata, ada kalanya ya, rasa malas itu menguntungkan 🤣 

Di hari pertama di rumah Bu Dukuh itulah, aku baru tau bahwa suami dan anak pertamanya suka nyetel lagu lewat speaker

Genre lagu kesukaan mereka adalah lagu pop kekinian yang syairnya berbahasa Jawa. Mayoritas lagu-lagu itu bertema "orang patah hati karena baru saja ditinggalkan kekasih". 

Ketika sedang mendengarkan lagu, mereka menghayati dengan sepenuh hati. Seolah-olah mereka juga sedang terluka. 

Durasi nyetel lagu ini gak main-main. Mereka nyetel lagu lewat speaker, dari mulai habis maghrib hingga jam 2 malam. So, bagi kami mahasiswa KKN ini, di awal-awal agak shock juga tentunya. 

Rasanya itu seperti, kami tidur di rumah orang yang lagi punya hajat nikahan. Bedanya, kalau di hajat nikahan nyetel lagunya paling-paling 2 sampai 3 hari. Sedangkan ini... hampir setiap hari, selama 50 hari berturut-turut. 

Awal-awal, aku gak bisa tidur 😅. Tapi, lama-lama bisa kok ✌️ 

Di antara sekian banyak lagu, ada satu lagu yang paling disukai suami dan anak pertama Bu Dukuh.

Lagu apakah itu? 

Judulnya adalah... 

Aku Mundur Alon-alon. 

Yang kalau di bahasa Indonesia-kan, artinya "Aku Mundur Pelan-pelan". 

Lagu ini bercerita tentang seorang pemuda yang ingin mundur pelan-pelan saja dari pujaan hatinya. Pemuda ini sadar bahwa dia bukan siapa-siapa. Sang pujaan hati hanya mencari si pemuda ini saat ada maunya saja. 

Awalnya, aku tidak terlalu mempedulikan  lagu itu. Aku hanya tau judul dan liriknya. Tidak lebih.

Sampai suatu ketika, kami (mahasiswa KKN) diminta datang ke rumah warga yang sebentar lagi punya hajat. Di situ, kami dikerahkan untuk bantu-bantu bungkus snack yang akan digunakan untuk acara tersebut.

Awalnya, kami membungkus snack dengan serius. Lama-lama, kami bosen. Kami pun bersantai sejenak. Aku nyender ke tembok sambil selonjoran, ada temanku yang ngalamun, dan ada juga yang mainan hape.

Temanku yang mainan hape itu, tiba-tiba ketawa-ketawa sendiri. Dia pun bicara dengan heboh, seolah ada berita yang lagi hot banget, "Eh, lihat deh, ini, suaminya Bu Dukuh bikin story WhatsApp lucu banget." 

Kami yang punya jiwa-jiwa penasaran (baca: kepo) ini, langsung merubung si "pembawa berita". Lalu, si "pembawa berita" menunjukkan seperti apa story WhatsApp suami Bu Dukuh.

Ternyata, suami Bu Dukuh membuat story galau-galau gitu. Beliau menulis penggalan lirik lagu Aku Mundur Alon-alon beserta backsound lagunya sekalian. 

Yang membuat kami (mahasiswa KKN) ngakak adalah suami Bu Dukuh menyertakan emot nangis dalam story-nya. 

Menurut kami, ini lucu banget. Karena, bagaimana bisa, suami Bu Dukuh nih, yang notabene termasuk tokoh masyarakat yang disegani, tegas, dan berwibawa, kok membuat story galau disertai emot nangis? Sudah seperti ABG labil aja, pak... pak... 🤣🤣🤣 

Sejak saat itu, aku penasaran dong dengan lagu Aku Mundur Alon-alon yang telah meluluhlantakkan hati suami Bu Dukuh 😆 Segera aku cari lagunya di Youtube. Dan waw, aku tercengang. Karena ketika itu, lagu tersebut sudah ditonton lebih dari 10 juta kali. 

Berarti ini lagu hitz, dong ya? Tapi, kok aku baru tau? Teman-teman KKN yang aku beritahu perihal ke-booming-an lagu ini di Youtube juga tercengang. 

Bahkan, salah seorang temanku bilang, "Kok kita kudet (kurang update) banget, ya hahaha." 

Meskipun aku bukan penikmat lagu pop bertema patah hati yang liriknya berbahasa Jawa, tapi jujur aku akui, lagu Aku Mundur Alon-alon ini memang bagus. So, sangat pantas kalau lagu ini naik daun 👏👏👏

Usut punya usut, ternyata tidak hanya suami dan anak pertama Bu Dukuh yang menyukai lagu ini. Hampir semua penduduk desa juga menyukai lagu ini.

Bahkan, ketika kami (mahasiswa KKN) lagi makan di Rocket Chicken dan beli minum di Dum-dum Thai Tea, salah satu soundtrack yang diputar adalah lagu ini.

Juga, ketika kami (mahasiswa KKN) lagi naik motor, dan di depan kami ada truk, lagu yang disetel oleh sopir truk adalah Aku Mundur Alon-alon. 

Semula, aku kira hanya orang dewasa saja yang hafal lagu ini. Ternyata, anak-anak yang baru masuk kelas 1 SD pun juga hafal lagu ini. 

Ke mana pun tempat yang kami tuju, dan siapa pun orang yang kami temui, semuanya tidak terlepas dari lagu ini. 

Bahkan, sampai ada salah seorang temanku yang bilang, "Jangan-jangan, penduduk di sini lebih hafal lagu Aku Mundur Alon-alon daripada lagu Indonesia Raya 🙄? Kayaknya, lagu Aku Mundur Alon-alon ini pantas untuk dinobatkan sebagai lagu kebangsaan di desa tempat kita KKN ini 😛." 

Semenjak saat itu, setiap suami dan anak pertama Bu Dukuh nyetel lagu Aku Mundur Alon-alon, kami (mahasiswa KKN) akan saling bisik-bisik, "Tuh, lagu kebangsaannya lagi disetel." 

Itulah sekelumit pengalaman unik tentang Lagu Kebangsaan KKN yang bikin senyum-senyum sendiri kalau aku mengingatnya.

Komentar

  1. Oh syukurlah pengalamannya tidak serem serem amat seperti KKN desa penari.😅

    Aku dulu ngga kuliah jadinya tidak pernah ikut KKN, tapi memang dengan ikut KKN jadi tahu kebiasaan masyarakat desa ya, termasuk ketua dukuh yang suka nyetel lagu Aku Mundur Alon Alon.

    Sejujurnya aku juga baru tahu lagunya, ke YouTube ah mau lihat.😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya mas agus, waktu saya KKN dulu pas lagi Viral kkn di desa penari. Lagunya bagus kok mas agus 😄

      Hapus
  2. Jadi inget jaman kuliah dulu waktu kkn barengan sama jurusan lain.
    Uda mana g ada sinyal lagi tempat kkn saya itu.
    Btw ngeri jg waktu dulu kkn si

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kkn itu pengalaman tak terlupakan ya mas 😊 selalu ada drama nya 😅

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Diam itu (Belum Tentu) Emas?

Semua Foto Akan Terlihat Jadul pada Waktunya