Postingan

Menampilkan postingan dengan label Fiksi

Cerpen #2: Seragam Ibu

Orang-orang menyebutku "Sarjana Jalur Corona". Sudah 4 bulan aku menyandang gelar pengangguran intelektual.  Telah selesai kewajibanku mengenyam pendidikan tinggi. Setelah 3 tahun 8 bulan berjibaku dalam dunia akademis, kini aku harus membuka mata lebar-lebar, menapakkan kaki di dunia nyata.  Semula, kukira dengan ijazah di genggaman, masalah selesai. Rupanya, ini justru awal mula merebaknya masalah-masalah baru. Baru sekali bagiku. Predikat alumni universitas favorit tidak cukup membantu. Selama 4 bulan ini, kuhabiskan hari dengan memelototi situs penyedia lowongan pekerjaan di internet. Di masa-masa ini, sedikit sekali perusahaan berlatar belakang sesuai disiplin ilmu jurusanku yang memasang iklan lowongan pekerjaan.  Entahlah. Dua tahun lalu, nyaris semua dosen dan kakak tingkat mengatakan bahwa prospek kerja terbuka luas bagi alumni jurusanku. Namun, masa depan tak ada yang tahu. Aku tidak menyangka bahwa keadaan bebalik 180 derajat. Jurusanku yang dikenal sebagai jurusan

Cerita Fiksi: Pesan Terakhir si Handphone Tua

Aku adalah sebuah handphone berumur 5,5 tahun. Termasuk tua dibandingkan teman-temanku yang masih hidup. Akan kusampaikan sebuah pesan padamu, kawan, yang selama ini hanya kupendam. Masih membekas di benakku. Dulu, ketika baru, aku disayang-sayang pemilikku. Tubuhku tak dibiarkan telanjang; diberi pakaian berupa soft case terbaik; dibelai-belai; disentuh dengan lembut. Tapi, lama-lama, pemilikku memperlakukanku dengan brutal. Ketika dia ingin buang air besar misalnya, aku diajaknya ke kamar mandi. Dia menyiksaku dengan aroma yang keluar dari duburnya. Sementara itu, di saat bersamaan, aku disuruh menghiburnya; melantunkan lagu kesukaannya. Tak hanya itu. Aku dipekerjakan selama 12 jam non-stop setiap hari. Padahal, manusia saja sudah mengeluh ketika bekerja 8 jam sehari. Bisa kau bayangkan, betapa lelahnya diriku? Ketika pemilikku bersantai, aku justru bekerja keras. Aku disuruh menyajikan apa pun yang ingin dia lihat saat itu juga. Bahkan, pemilikku sering menyuruhku multitasking .

Cerpen #1: Apollo Merah Nanda

Wisuda sarjana keguruanku sudah seminggu berlalu. Pagi tadi, aku melangsungkan pernikahan di sebuah KUA kecamatan.  Dengan diwakilkan paman tertua karena ayah telah tiada, aku dan dia, resmi menjadi suami-istri. Kami adalah sepasang guru. Dia, seorang laki-laki yang dulunya adalah mahasiswa 2 tingkat di atasku. Kami pertama kali bertemu ketika masa orientasi jurusan berlangsung. Kini, dia menjadi guru tetap yayasan di sebuah SD swasta. Sementara itu, sejak semester akhir kuliah aku sudah bekerja sebagai guru tidak tetap di SD negeri.  Setelah menikah, kami hidup di rumah orangtuaku yang kini tinggal ibu. Sebenarnya, kami ingin mengontrak saja agar tidak merepotkan, tetapi ibu meminta kami tinggal bersamanya agar ia tak kesepian. Aku dan suami selalu berangkat bersama karena sekolah tempat kami mengajar searah. Bedanya, di lampu lalu lintas pertama dari rumah aku akan belok kiri sementara dia terus lurus. Kami mengendarai motor masing-masing.  Walaupun masih berstatus guru tidak te