Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Karena Semua Tak Lagi Sama

Momen mudik lebaran adalah hal yang paling kutunggu. Ke tempat nenek, bertemu sepupu, setengah atau satu jam pertama masih malu-malu, tapi setelahnya berangsur akrab. Lalu main, tidur, belanja, bahkan mandi bareng mereka.  Tapi itu dulu.  Setelah aku dan sepupu-sepupu tumbuh dewasa, kami malu-malunya tidak hanya di setengah atau satu jam pertama, tapi seminggu full .   Entah kenapa, semakin bertambah umur, rasanya semakin kikuk bertemu saudara sendiri. Meskipun pemikir, waktu kecil aku bisa bersenda-gurau dengan saudaraku. Tapi saat dewasa, jangankan bersenda-gurau, menyapa sepatah kata saja rasanya malu, segan, dan takut salah.  Pun juga saudaraku, sebenarnya periang, tapi entau kenapa, saat dewasa, mereka jadi introvert . Mungkin mereka pun juga merasakan awkward padaku, segan kalau mau menyapaku.  Jadilah kami saling diam. Kenal, tapi seperti tak kenal.  Kami tak pernah berdebat apalagi bermusuhan. Kami juga tak pernah mem- bully satu sama lain. Kami baik-baik saja. Tapi entah ken

Capek

Beberapa tahun belakangan, aku menjadi manusia yang punya mentalitas pendebat, semua-muanya pengin aku debatin. Semua omongan dan point of view orang lain aku anggap sebagai hal yang berlawanan denganku. Padahal belum tentu. Padahal orang lain belum tentu bermaksud demikian.  Aku sibuk mengoreksi pemikiran orang lain yang aku anggap salah. Aku sibuk membentur-benturkan dua kubu.  Sebagai contoh, ketika si A sedang membicarakan keburukan si B, aku langsung mendebat si A, "Jangan gitu, emang salah ya kalau si B blablabla, gak ada yang salah, tauk! " Atau, ketika ada berita viral di Instagram, aku scroll satu per satu komentar netizen yang puanjang-puanjang dan bersahut-sahutan itu, selalu ada dua kubu ekstrim dan terkesan hitam putih banget,  padahal belum tentu beneran begitu.  Lama-lama aku ngerasa capek. Dahlah, ketika ada hal yang gak aku setujui dari point of view orang lain, aku mending diam aja, gak mau mikirin dan memperdebatkannya lagi.