Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Di-PHP-in Hujan

Sudah memasuki bulan berakhiran -ber, yang mana, cucian susah kering.  Karena, di bulan-bulan seperti ini, hujan dan matahari seakan bersekongkol untuk mempermainkan perasaan para penjemur pakaian.  Jadi, aku pernah mengalami kejadian super duper ultra maha menyebalkan. Suatu pagi, langit tampak cerah. Aku pun gak khawatir untuk menjemur cucian. Merasa aman-aman saja. Eh lha dalah, baru 5 menit berlalu, tiba-tiba titik-titik air hujan menetes dari langit, membasahi cucian.  Suebelll dong, baru aja kelar njemur cucian, lha kok langsung gerimis. Aku pun berpikir sambil menimbang-nimbang, langkah apa yang selanjutnya harus aku lakukan. Hmmm, pilihan pertama, aku langsung mengangkat cucian yang baru saja dijemur itu, karena siapa tahu, hujannya semakin deras.  Pilihan kedua, aku biarkan saja cuciannya kehujanan dulu, karena siapa tahu, sebentar lagi gerimisnya reda.  Sungguh, perkara njemur cucian di kala musim penghujan saja kok sebegini rumitnya, lebih rumit dari mengerjakan soal ujian n

Seni Mengatasi Duri Ikan Yang Nyangkut di Tenggorokan

Ada 1 peristiwa yang sepele tapi mengganggu, yaitu: duri ikan yang nyangkut di tenggorokan. Udah berusaha sehati-hati, seteliti dan secermat mungkin ketika makan ikan. Tetep, terkadang masih ada duri yang tidak aku sadari keberadaannya, ikut termakan. Gak langsung ke perut, tapi transit a.k.a nyangkut di tenggorokan. Pengin dibiarkan begitu saja, anggap saja gak terjadi apa-apa, tapi kok gak betah. Rasanya sakit ketika menelan ludah. Pengin diambil durinya, tapi bingung gimana caranya.  Aku udah ambil senter, lalu senternya aku arahkan ke tenggorokan, dan kemudian aku mangap di depan cermin. Kelihatan sih durinya terletak di sebelah mana, tapi ketika tangan aku masukkan ke mulut, berniat mencabut duri yang nyangkut itu, kok gak muat dan gak nyampe. Searching di internet, cara atasi duri nyangkut di tenggorokan, katanya suruh nelan nasi, siapa tahu durinya rontok dan larut bersama nasi.  Nyatanya enggak.  Si duri tetap gagah berdiri di tenggorokan. Alhasil, aku pura-pura cuek.  Aku pun

Kesan-kesan Membaca Novel "Semangat, Tante Sasa!" Karya Thessalivia

Sekarang aku akan membahas novel berjudul "Semangat, Tante Sasa!" karya mbak Thessa yang belum lama ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU). Selamat kepada mbak Thessa yang sudah berhasil tembus penerbit impian 👏.  Dan juga terima kasih kepada mbak Lia --si Peri Kecil nan Baik Hati 💕-- yang sudah memilihku menjadi salah satu pemenang Give Away Akses Fiction Premium di Gramedia Digital. Sehingga selama sebulan--aku berkesempatan untuk mencicipi buku-buku di dalamnya, termasuk buku "Semangat, Tante Sasa!" ini. Well , sebelumnya mbak Thessa sudah pernah menelurkan  buku berjudul "Nikah Muda", namun aku belum pernah membacanya. So , ini adalah pengalaman pertama aku membaca karya beliau. Karya mbak Thessa ini termasuk antimainstream. Karena, tidak seperti kebanyakan isu parenting yang ditulis secara teoritis. Justru mbak Thessa mengemasnya dalam novel, sehingga lebih terasa real . Novel ini menceritakan tentang seorang wanita karir bernama Sasita

2 Penulis (Selain Tere Liye dan Dee Lestari) di iPusnas yang Karyanya Wajib Kamu Baca

Gambar
Jika dulu, untuk meminjam buku, kita harus berangkat ke suatu gedung yang disebut perpustakaan, kini zaman sudah berubah.  Kita bisa meminjam buku secara online lewat aplikasi iPusnas.  Kita bisa melakukannya sambil rebahan, tanpa perlu keluar kamar. Yang perlu bergerak hanya jempol kita. Badan kita tetap rebahan di atas kasur empuk. Sementara kaki kita selonjoran di atas bantal. Eh, atau kakinya mau mengapit guling juga boleh. Terserah enaknya gimana.  Masalahnya, nyari buku di iPusnas itu susah-susah gampang. Soalnya, stok buku di iPusnas terbatas.  Selain itu, berhasil tidaknya kita menemukan buku yang kita inginkan itu tergantung keberuntungan.  Kalau lagi beruntung ya tiba-tiba kita nemu aja judul buku yang menarik, gak pakai antri, dan setelah kita baca, isi bukunya sesuai ekspektasi. Tapi kalau lagi apes ya udah ngetik nama penulis dan judul buku ini itu, tetap aja gak ketemu-ketemu. Buat orang seperti aku yang kurang begitu tau nama-nama penulis, menggunakan aplikasi iPusnas it

Makhluk Halus

Konon katanya, ada 3 golongan manusia. Golongan pertama adalah manusia yang disukai makhluk halus. Cirinya, sering melihat dan merasakan keberadaan makhluk halus. Golongan kedua adalah manusia netral . Cirinya, sesekali pernah melihat dan merasakan keberadaan makhluk halus.   Golongan ketiga adalah manusia yang dijauhi makhluk halus. Cirinya, tidak pernah melihat dan merasakan keberadaan makhluk halus.  Itu kata siapa memangnya?  Kata seorang youtuber. Aku lupa youtuber siapa. Yang jelas, ada seorang youtuber yang pernah mengatakan demikian.  Terus, aku termasuk golongan mana?  Aku termasuk golongan ke-3 sepertinya. Ya, sejauh ini, aku tidak pernah melihat dan merasakan keberadaan makhluk halus.  Lalu, kenapa ada manusia yang disukai makhluk halus, ada manusia yang netral, dan ada manusia yang dijauhi makhluk halus?  Lagi-lagi, ini juga katanya. Well , katanya sih, ini berhubungan dengan pancaran energi setiap manusia. Jadi, setiap manusia memancarkan energi yang berbeda-be

QLC

Quarter Life Crisis (QLC) adalah sebuah keadaan sulit yang biasanya menimpa anak muda usia 20-an. Anak muda yang sedang mengalami QLC merasa galau akan kehidupannya. Mereka seperti kehilangan arah. Bingung harus melakukan apa. Bimbang harus melangkah ke mana. Dan takut kalau harus menghadapi kegagalan. Memangnya galau, bingung, bimbang, dan takut dalam hal apa? Dalam menatap masa depan. Dan aku—bisa dibilang—adalah salah satunya. Ya, sudah setahunan ini, aku merasakan QLC. Setahun lalu, saat baru awal-awal mengalami QLC, aku benar-benar galau, bingung, bimbang, dan takut dalam menatap masa depan. Sekarang sudah mendingan. Sudah agak adem. Sudah tidak se-galau, se-bingung, se-bimbang, dan se-takut itu lagi. QLC juga telah mengubah pandanganku akan suatu hal. Dulu, sebelum dihantam QLC, aku kira hidup ini gampang. Semenjak mengalami QLC, aku baru sadar, bahwa hidup ini keras. Dulu , kalau melihat kehidupan artis, influencer , dan penyanyi, aku mengatakan, “Enak ya jadi m

Problematika Sampah Plastik

Yang akan aku tulis di postingan blog kali ini adalah perihal plastik, lebih tepatnya plastik sekali pakai. Ketika membeli soto di warung makan, dan kita ingin memakannya di rumah saja, benda apakah yang dibutuhkan?  Tentu plastik . Gak cuma satu, tapi dua plastik. Pertama, plastik bening---di bagian dalam---untuk membungkus soto. Kedua, plastik kresek---di bagian luar---untuk memudahkan kita membawanya. Ketika di tengah perjalanan, udara panas, dan rasa haus melanda, refleks kita ingin mampir sejenak di Alfamart. Kita pun mencari air mineral dingin. Benda apakah yang membungkus air mineral itu---sehingga dapat dengan mudah kita bawa, lalu kita minum?  Betul. Botol plastik .  Sebegitu besar manfaat plastik, sehingga dari waktu ke waktu plastik terus diproduksi.  Bahkan, mungkin, semakin ke sini, jumlah produksi plastik semakin meningkat.  Tapi nih ya, untuk plastik sekali pakai kan cuma dipakai satu kali, habis itu dibuang *ya iyalah, anak TK juga tau 😂  Nah, kemudian jadi apa?  Yak b

Setahun Ngeblog

Halo semua. Apa kabar? Tumben ya, opening -ku nanyain kabar segala. Gak seperti biasanya yang langsung jebret jebret jebret. Anyway , akhirnya, laptopku udah bener. Lha, emang kemarin-kemarin kenapa? Jadi, kemarin-kemarin, keyboard laptopku sempat error. Gak sinkron antara yang dipencet dan yang muncul di layar. Mencet huruf A, eh yang muncul di layar malah huruf R. Niat hati ingin nge- delete , eh yang bekerja malah tombol enter . Kan kacau. Udah cari di blog-blog tutorial, bahkan cari video di Youtube gimana cara mengatasinya, gak ada yang ngefek. Setelah itu, laptopku aku diamkan selama beberapa hari. Siapa tau, setelah didiamkan beberapa hari, error -nya bisa ilang sendiri. Berharap ada keajaiban, ceritanya. Eh, ternyata enggak. Teteup ngaco. Aku nyerah. Akhirnya, dibawalah ke kang servis. Hanya dalam waktu beberapa jam, udah beres.  Alhamdulilah, sekarang si keyboard laptop udah normal seperti sedia kala. *** Ok, mari kita lupakan perihal laptop. Sekarang, kemba

Sepeda yang Tertukar

Berhubung dulu ada sinetron yang berjudul "Putri yang Ditukar", maka postingan blog kali ini aku beri judul "Sepeda yang Tertukar".  Tujuannya apa?  Biar mirip aja :P  Aku menjadi pengendara sepeda garis keras dalam jangka waktu cukup lama. Dari kelas 3 SD hingga 3 SMP. Hitung sendiri tuh berapa tahun.  Sebab-musabab aku pakai sepeda adalah karena jarak dari rumah ke sekolah tidak dekat-dekat amat sekaligus tidak jauh-jauh amat. Walaupun ketika SD jarak rumahku ke sekolah hanya berkisar 2-3 km---sebenarnya gak jauh-jauh amat lah, ya---tapi, dibandingkan teman-temanku, rumahku paling jauh.  Sehingga, mau tidak mau, aku harus berangkat dan pulang sekolah sendiri. Gara-gara sendiri inilah, aku sempat menjadi korban pemalakan 🤣  Berbeda dengan jaman SD.  Jaman SMP, aku punya teman seperjalanan. Namanya Nurul.  Dia seangkatan denganku, tapi berbeda kelas. Dia kelas C. Aku kelas E.  Setiap pagi, aku menuju ke rumahnya dengan menaiki sepeda. Dari rumahnya, kami boncengan

Tentang Lahan

Melihat banyaknya lahan kebon, hutan, dan sawah yang sudah berganti menjadi bangunan.  Ada pertanyaan yang terlintas di benakku.  Kalau lama kelamaan, lahan-lahan tersebut habis gimana? Masihkah dunia baik-baik saja? Well , itu adalah pertanyaan sulit.  Gak tahu harus dijawab bagaimana.  Sebetulnya, hal ini kan sudah terjadi. Terutama di kota besar.  Dan, sebetulnya juga sudah ada solusi atas permasalahan tersebut. Yaitu, dengan adanya rumah susun, apartemen, dan kos-kosan, itu kan dalam rangka mengatasi keterbatasan lahan.  Tapi, sekarang hal ini sudah semakin merembet ke desa-desa.  Di desaku aja deh, kebon dan sawah semakin berkurang. Berganti menjadi bangunan.  Sebetulnya, again , pemerintah juga sudah berupaya mencegah supaya alih fungsi lahan ini tidak kebablasan. Yaitu, dengan cara menetapkan, mana yang menjadi kawasan lindung, dan mana yang menjadi kawasan budidaya. Intinya, kawasan lindung itu adalah kawasan yang keberadaannya dilindungi. Sebisa mungkin dibiarkan alami saja. T

Lenggar

Waktu kelas 4 SD, aku adalah seorang manusia yang tidak berdaya.  Begini kisahku.  Aku memakai sepeda Phoenix biru sebagai alat transportasi untuk berangkat dan pulang sekolah. Ada 2 jalan yang bisa aku pilih untuk berangkat dan pulang sekolah, kita sebut saja jalan pertama dan jalan kedua. Jalan pertama adalah jalan yang lebih dekat. Sementara jalan kedua lebih jauh. Jika aku memilih lewat jalan pertama, jarak tempuhnya 2 km. Tapi jika aku memilih lewat jalan kedua, jarak tempuhnya 3 km. Well , bagi orang dewasa, tentu selisih 1 km tidaklah berarti. Tapi bagi seorang anak kelas 4 SD yang mengendarai sepeda, selisih 1 km itu lumayan. Setidaknya, dengan memilih lewat jalan pertama yang lebih dekat itu, aku menghemat tenaga. Semula tidak ada masalah di jalan pertama. Aku melewati jalan itu setiap hari.  Lama-lama, masalah mulai timbul.  Suatu hari, ketika pulang sekolah, aku dicegat oleh seorang anak kecil laki-laki. Perkiraanku, dia lebih muda beberapa tahun di bawahku. Terlihat dari uk

Lagu Kebangsaan KKN

Masih dalam rangka nostalgia masa KKN.  Aku mengikuti kegiatan KKN pada tahun 2019 lalu, di sebuah kabupaten yang berjarak kurang lebih 20 km dari kampus. Tempat ini...dibilang kota ya gak kota-kota amat, dibilang pelosok ya gak juga.  Selama KKN 50 hari, aku dan teman sekelompok nginep di rumah Kepala Dukuh. FYI , satu dukuh terdiri dari beberapa RW. Sementara itu, satu desa terdiri dari beberapa dukuh.  Di tempat aku KKN, kepala dukuhnya dijabat oleh perempuan. Orang-orang memanggilnya "Bu Dukuh". Ada satu kejadian yang masih aku ingat sampai sekarang. Yakni, ketika aku dan teman-teman pertama kali menginjakkan kaki di rumah Bu Dukuh, aku mendengar ada suara orang lagi nyanyi-nyanyi.  Aku kira, itu pengamen.  Aku pun berencana mengambil uang di dompet untuk aku kasih ke pengamen. Tapi, aku males. Mager (malas gerak) aja gitu rasanya.  Soalnya, dompetku ada di tas ransel. Di dalam tas ransel itu ada sekian banyak barang. Dan sudah pasti, dompetku tertimbun oleh barang-barang

Pengalaman Biduran Saat KKN

Adakah di sini yang pernah mengalami biduran?  Aku pernah, di lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) 2 tahun lalu.  Biduran adalah kondisi kulit yang gatal, berwarna kemerahan, dan tebal. Mirip seperti digigit nyamuk, tapi kalau digigit nyamuk kan bentuknya cuma buletan kecil. Nah, kalau biduran ini bentuknya tidak beraturan dan permukaannya lebih luas. Jadi, biduran ini seperti pulau di kulit kita. Tapi bukan panu, ya 🤣  Terus, penyebab biduran itu apa?  Kalau yang aku baca di Google, penyebabnya macam-macam. Mulai dari alergi makanan, alergi dingin, dan stress.  Kalau yang terjadi di aku, sepertinya karena stress. Kenapa aku bisa menyimpulkan bahwa penyebabnya karena aku lagi stress? Karena, aku gak punya alergi makanan dan gak punya alergi dingin juga.  Stress itu bukan berarti gila, ya 😂 Stress itu kondisi ketika kita terlalu kepikiran dan terlalu tertekan dengan keadaan. Sebenarnya, stress dalam kadar normal itu bagus. Dengan kadar stress yang normal, kita akan menjadi orang yang punya

Peragu

Pernahkah kamu ragu ketika akan mengambil keputusan?  Kalau aku, sering.  Ketika dihadapkan pada 2 pilihan yang harus aku pilih salah satu, aku sering bimbang.  Pilihan manakah yang harus aku ambil ? Aku takut kalau sampai salah dalam mengambil keputusan.  Aku sering bertanya-tanya, kapan aku harus mendengarkan omongan orang , dan kapan aku harus mendengarkan kata hati ?  Kapan aku harus mengatakan iya , dan kapan aku harus mengatakan tidak ?  Duh, pokoknya banyak banget kebimbanganku. Aku ini peraguuuu banget.  Dulu, aku merasa fine - fine aja dengan sifat peragu ini.  Tapi, seiring berjalannya waktu, aku sadar kalau sifat peragu dibiarkan berlarut-larut, akan merugikan hidupku.  Karena, dalam hidup, akan ada banyak keputusan yang harus diambil segera.  So , aku harus belajar untuk mengambil keputusan dengan cepat. Perkara itu keputusan yang salah atau benar, dipikir nanti aja, deh.  Oke, sekian curhatan gak jelas ini. Bye .