jelek

kayaknya selama hidup, beberapa kali hasil karyaku dibilang jelek. 

udah susah-susah ikut lomba menggambar mewakili sekolah waktu SD, eh kepala sekolahnya bilang, ngapain ikut lomba, orang gambarnya jelek kok. padahal waktu itu aku mewakili kecamatan, dan di tingkat kabupaten aku masuk 8 besar.

udah full effort bikin konten video di instagram kantor, eh dibilang, oh kasian, yang nonton sedikit, yang nge-like juga cuma orang-orang kantor, padahal yang jadi talent di video itu ada di depan mukanya. 

pernah juga waktu kecil, aku pakai jilbab langsungan, dibilang, kamu itu kalo pakai jilbab itu gak pantes. bahasa jawanya "ora wangun".

pernah juga udah aku udah bantuin edit foto untuk diupload di instagram kantor, eh dibilang, "kenapa begitu? tangannya terpotong?". Ya memang tangannya terpotong atau gak nampak di foto tersebut. tapi point-nya adalah, aku kan cuma "membantu", kenapa jadi dituntut sempurna. lagi pula yang ku upload itu pasfoto, ya yang penting wajahnya tampak, tangannya gak tampak ya gak masalah. 

udah susah-susah mendokumentasikan kegiatan, eh dibilang hasil fotoku jelek. ya memang gak estetik, hapeku juga bukan tipe flagship, tapi aku kan menitikberatkan pada esensi, yang penting kegiatan sudah terdokumentasi dengan jelas, aku gak ngurus keindahannya. 

pokoknya dalam hidup, cukup sering hasil karyaku dibilang jelek, dan ini membuatku malas membuat karya, karena mikir, buat apa bikin karya, kalo hasilnya jelek, gak pantes, aneh, gas estetik, dll. lebih tepatnya, kalau ujung-ujungnya dikomentari jelek. 

di sinilah aku berpikir, rupanya ungkapan, "kalau tidak diminta, jangan memberikan nasihat," itu benar. dan aku juga benar-benar harus menjaga lisanku agar jangan mudah mengomentari hasil karya orang lain dan mengkritiknya karena orang tersebut bisa saja sakit hati. 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Something yang Missed

Hari Gini Masih Nulis di Blog?

Pedagang di Pasar Tradisional: Sebuah Profesi yang Underrated