Setahun Pakai Pembalut Kain

Awalnya, saya tidak pernah kepikiran untuk memakai pembalut kain a.k.a menstrual pad. Saya pun menjalani hari-hari menstruasi dengan pembalut sekali pakai. 

Sampai suatu ketika... 

Saya melihat kakak ipar sedang memakaikan bayinya popok kain. Kakak ipar mengatakan bahwa memakaikan bayinya popok kain adalah salah satu cara mengurangi sampah. 

"Setidaknya, dengan menggunakan popok kain yang bisa dicuci dan dipakai lagi, itu tidak menyumbang bertumpuk-tumpuk sampah popok setiap hari," begitu katanya. 

Kejadian itu menginspirasi saya. 

Kalau bayi bisa berperan menjaga lingkungan dengan cara memakai popok kain, kalau saya dengan memakai pembalut kain. Begitu pikir saya. 

Maka, saya pun segera membeli pembalut kain di sebuah online shop

*** 

Tak terasa, terhitung, bulan Juli tahun 2021 ini sudah satu tahun lamanya saya memakai pembalut kain. 

Sejauh ini ada beberapa hal yang saya rasakan. Ada poin plus dan minusnya. 

Poin plus-nya: 

1. Gak perlu khawatir kehabisan stok pembalut. 
Dulu, setiap bulan, saya pasti kepikiran, apakah stok pembalut masih ada? 

Tapi, setahun belakangan, saya gak kepikiran lagi. Bahkan, setahun belakangan ini, saya sama sekali gak beli pembalut sekali pakai sekadar untuk berjaga-jaga. 

Pembalut kain yang ada sudah sangat mencukupi. Untuk aktivitas di luar rumah pun, sejauh ini tidak ada masalah. 

2. Gak serempong itu. 
Waktu pertama kali mau nyoba, saya khawatir kalau maintenance pembalut kain akan teramat rempong dan melelahkan. Ternyata, tidak juga. 

Saya hanya perlu mencucinya dengan sabun mandi terlebih dahulu, kemudian saya masukkan ke mesin cuci untuk dicuci bersama baju lainnya. Beres. 

3. Kinerjanya sama saja dengan pembalut sekali pakai. 
Lagi-lagi waktu pertama kali mau nyoba, saya beranggapan bahwa kinerja pembalut kain tidak secanggih kinerja pembalut sekali pakai. Ternyata, sama saja. 

Bagian luar pembalut kain adalah kain yang semi kedap air. Sehingga, bisa menahan darah  menstruasi agar tidak meluber ke mana-mana. 

Kalau perihal mudah bocor atau tidak, ya sama saja. Maksudnya, pembalut sekali pakai pun, kalau sudah dipakai lama, apa lagi di hari pertama atau kedua menstruasi, yang mana darahnya lagi banyak-banyaknya, ya pasti bocor juga kan? Begitu pula pembalut kain. 

Intinya, dengan rutin ganti setiap beberapa jam sekali, niscaya aman-aman saja. 

Poin minusnya: 
1. Boros sabun mandi. 
Seperti yang tadi saya bilang, untuk tahap pertama, saya cuci pakai sabun mandi, kemudian untuk tahap kedua, saya masukkan mesin cuci untuk dicuci bersama baju lainnya. 

Nah, ternyata, sabun mandi yang dibutuhkan untuk menghilangkan noda darah itu lumayan banyak. 

Berdasarkan pengalaman, setidaknya untuk satu kali siklus menstruasi bulanan saya yang rata-rata berlangsung selama tujuh hari, saya menghabiskan satu sabun mandi batang. 

*** 

Itu dia pengalaman saya menggunakan pembalut kain. Walaupun ada poin minusnya, sejauh ini, poin plus-nya lebih dominan saya rasakan. So, saya masih dan akan terus menggunakannya. 

Komentar

  1. Tim pembalut kain hadir di sini πŸ‘‹πŸ» sekitar 2 tahun lalu, aku juga memutuskan untuk pakai pembalut kain demi membantu mengurangi sampah pembalut. Enaknya pakai pembalut kain, nggak takut bocor karena mampu menampung lebih banyak terus nggak berbau.
    Kalau soal mencuci, aku juga nggak ngerasa seribet itu, cuma kucek-kucek bentar juga udah beres~ hahahaha.
    Udah pernah coba pakai sabun cair untuk menghilangkan nodanya, Kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aku pernah baca postingan blognya kak Lia yg menstrual pad. Sabun cair belum pernah coba kak.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Gak Mau Makan Mie Selain Indomie

Ibu Saya adalah Orang yang Beruntung dalam Hal…