Hari Pertama Masuk Kerja

Setelah kemarin-kemarin aku curhat perihal gak enaknya jadi pengangguran, di postingan blog kali ini aku akan bercerita tentang hari pertama masuk kerja. Akhirnya, setelah menjadi pengangguran selama 20 bulan lamanya, aku dapat kerja juga. 

Selama 20 bulan itu, ada kalanya, aku curhat ke keluarga perihal ke-frustrasi-an-ku mencari pekerjaan, dan keluargaku hanya bilang gini, "Cari sampai ketemu!" 

Lalu, ada kalanya, aku pengin curhat dengan teman, tapi gak jadi, karena aku berpikir, bahwa aku hanya akan merepotkan dia, dan sepertinya curhat ke teman perihal susahnya cari kerja itu kurang etis, itu yang ada di pikiranku. 

Setelah lulus kuliah, aku baru merasakan sulitnya mencari pekerjaan. Aku baru benar-benar mengalami, seperti apa rasanya merintis, memulai, dan mengusahakan sesuatu dari nol. 

Kalau dulu, waktu cari SMA setelah lulus SMP misalnya, ya udah, gak keterima di SMA A, ya daftar aja di SMA B. Atau waktu cari kampus pasca lulus SMA, gak keterima di kampus X, ya daftar aja di kampus Y. Pada akhirnya, pasti dapet SMA atau kampus juga. Pasti ada SMA atau kampus yang mau menampung kita. 

Kan gitu. 

Sedangkan, cari pekerjaan gak segampang itu. Ini berdasarkan pengalamanku ya, yang untuk mendapatkan pekerjaan pertama, diperlukan pencarian selama 20 bulan sejak lulus kuliah, tersendat-sendat mengirim lamaran ke sana ke mari, dipenuhi cucuran keringat dan air mata. 

Hahaha, apaan sih, kok bahasaku lebay gini. 

Gak papa lah ya, biar kalian turut menghayati apa yang aku rasakan. 

Kemarin-kemarin saat aku berstatus pengangguran yang kelimpungan mencari pekerjaan, rasanya itu ibarat, aku terkunci di suatu ruangan, lalu aku teriak-teriak minta tolong sambil gedor-gedor pintu, tapi gak ada yang mempedulikan. Kurang lebih, rasanya begitu, guys.

Ada kalanya, aku seharian mencari lowongan pekerjaan, dan berakhir dengan, aku stress karena gak ada satu lowongan pun yang cocok di aku. 

Lalu, ada kalanya juga, aku menemukan lowongan pekerjaan yang nampaknya cocok di aku, lalu aku kirim lamaran, tapi setelah aku tunggu-tunggu, gak ada kabar kelanjutannya. 

Kemudian, ada kalanya, aku dipanggil wawancara, tapi pada saat wawancara itu, entahlah jawabanku kurang memuaskan, atau aku terlihat goblok, atau aku terlihat gugup, atau aku ada salah kata, sehingga si pewawancara tampak kecewa dengan aku, dan berakhir dengan, aku tidak dihubungi lagi. 

Juga, ada kalanya, baru di tahap screening berkas lamaran, aku ditolak saat itu juga. 

Dan, lucunya, aku juga pernah ditolak karena aku dianggap overqualified, gara-gara, aku lulusan kampus yang menurut mereka terlalu "wow". 

Jadi, bagaimana awal mula aku mendapatkan pekerjaan pertama, sekaligus kesan-kesanku saat hari pertama masuk kerja, aku ceritakan di sini. 

Hari itu, siang, aku membuka situs lowongan pekerjaan. Aku lupa, apa yang aku ketikkan di kolom pencarian, tiba-tiba mataku menangkap 1 iklan lowongan pekerjaan yang sepertinya cocok. Saat itu juga, aku kirim berkas lamaran via e-mail. Sorenya, aku langsung dihubungi, untuk mengikuti wawancara keesokan harinya. Dan, akhirnya aku mengikuti wawancara dengan lancar. Aku langsung diterima saat itu juga. 

Dan alhamdulillahnya, pekerjaan ini sesuai dengan kriteriaku: 

Lokasinya gak jauh-jauh amat dari rumah, cuma 10 kilometer. Pekerjaannya di belakang layar, yang mana gak perlu beramah-tamah pada banyak orang. Gak pakai tahan ijazah. Dan, kalau pun mau keluar, tinggal keluar aja, gak pakai prosedur yang rumit. 

Aku sih menganggap pekerjaan ini sebagai batu loncatan, yang memang tujuanku hanya untuk mendapatkan pengalaman di sini. Pekerjaan ini memang ditujukan untuk entry level

Rencanaku, aku akan bertahan di pekerjaan ini selama 1,5 tahun, sambil terus belajar dan  upgrade skill, dan semoga, setelah itu aku bisa mendapatkan pekerjaan yang aku impikan. Semoga, pekerjaan pertama ini bisa menjadi batu loncatan, untuk aku gunakan agar bisa melompat lebih tinggi nantinya.

Bhaiqlah. 

Lanjut ke kesan-kesannya di hari pertama masuk kerja. 

Jadi guys, di posisi pekerjaan ini, mayoritas adalah laki-laki, which is, aku minoritas di sini. Sebenernya gak ada masalah. 

Cuma, ada beberapa hal yang aku masih belum terbiasa. Yaitu, mereka kalau ketawa itu kencang banget suaranya, "WAHAHAHAHAHAHA." Suara ketawa mereka itu sampai bergema di dinding-dinding ruangan. Nah, aku, masih belum terbiasa dengan hal ini. 

Terus, kadang, jokes-jokes mereka juga gak masuk di aku. 

Yha, gitu deh. 

Dari segi pekerjaan, sebenarnya gak susah, cuma aku belum terbiasa aja, jadi ritme kerjaku belum secepat mereka. Dari segi pertemanan, sebenarnya juga gak ada kendala yang berarti, hanya saja, itu tadi, aku masih "meraba-raba" iklimnya seperti apa, bagaimana aku harus bersikap dan berperilaku di sini. 

Aku di-training cuma sebentar, itu pun ngomongnya cepet banget. Aku masih agak hah hoh hah hoh mencerna instruksi mereka. 

Jadi, di bulan Januari tahun 2022 ini, adalah hari bersejarah bagiku, yaitu hari pertama kerja. Di usia 23 tahun lebih 11 bulan, akhirnya, aku mendapatkan pekerjaan juga. Alhamdulillah, satu persoalan telah selesai.

Jadi pengangguran itu gak enak rasanya. Bukan cuma gak enak dari segi ekonomi, melainkan juga gak enak dari segi fisik dan perasaan. 

Walaupun seharian cuma rebahan di kasur, capek loh, punggung rasanya pegel-pegel. 

Ikut ibu ke kondangan, terus ditanyai sama orang-orang, "Sudah kerja di mana? Sekarang kesibukannya apa?" 

Rasanya pengin nangis, tapi gak mungkin kan nangis di acara kondangan, di depan banyak orang lagi, malu-maluin kan, ya udahlah aku tahan-tahan, dan pada akhirnya tetep nangis juga saat udah sampai rumah, tentunya di dalam kamar, sambil muka ditutupin bantal, supaya orang rumah gak ada yang dengar. 

Belum lagi, sebagian besar lowongan pekerjaan itu mensyaratkan, harus sudah punya pengalaman kerja. Ironis kan, baru mau cari kerja untuk pertama kalinya, tapi syaratnya harus sudah punya pengalaman kerja. 

Makanya, ada lelucon begini: 

Pelamar : "Pak, saya mau ngelamar kerja di sini." 

HRD: "Gak bisa, kamu belum punya pengalaman." 

Pelamar: "Makanya saya ngelamar di sini pak, biar ada pengalaman." 

HRD: "Gak bisa, kamu punya pengalaman kerja." 

Pelamar: "Terus, gimana caranya saya dapat kerja, pak, kalau syaratnya harus udah punya pengalaman kerja?" 

HRD: "YA KERJAAA!" 

What the hell

Itu udah kayak, ayam sama telor duluan mana. Begitulah rasanya jadi fresh graduate yang mencari kerja. 

Oh iya. Belum lagi guys, kalian tahu gak, semenjak pandemi, lowongan kerja penipuan semakin merajalela. Target penipuan tersebut adalah fresh graduate yang belum masih polos. Aku pernah baca di suatu artikel, menurut penelitian, semenjak pandemi, keberadaan lowongan kerja tipu-tipu itu meningkat 68 %. 

Oke, sekian curhatanku kali ini. Bhay.

Komentar


  1. Iya, bekerja itu tidak hanya enak di kantong. Tapi kita juga bisa nambah pergaulan. Selamat sore, Mbak

    BalasHapus
  2. Selamat sudah dapat pekerjaan ya mbak Anin.πŸ˜€

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akhirnya ya mas agus, setelah sekian lama πŸ˜†

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Gak Mau Makan Mie Selain Indomie

Ibu Saya adalah Orang yang Beruntung dalam Hal…