Meng-kudet-kan Diri
Warning Alert!
Tulisan ini murni pendapat pribadi. Tidak ada maksud menyudutkan pihak mana pun.
Berita viral terus
bergulir. Mulai dari “Om Tetolet Om”, “Makan Daging Anjing dengan Sayur Kol“, “Keke
Bukan Boneka”, hingga “Odading”.
Beberapa hari belakangan, aku sengaja menutup mata dari berita viral. Berita viral terakhir yang kutahu Cuma “Semongko Sis”. Aku tidak tahu sekarang ada berita viral apa lagi. Aku sudah terlalu jenuh dengan semua kegaduhan itu. Aku ingin hidup tenang. Sebab, aku adalah pecinta suasana sunyi, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
***
Jadi, ketika video
yang sekiranya viral muncul di beranda YouTubeku, aku langsung meng-klik tanda
titik tiga di sebelah kanannya, lalu kupilih “saya tidak tertarik”.
Masih di Youtube.
Dulu, aku men-subscribe sekitar 30 channel YouTube. Namun,
sekarang aku meng-unsubscribe semuanya.
Aku melakukan ini
karena notifikasi video yang baru di-upload dari channel-channel
tersebut semakin menumpuk. Selain itu, pada praktiknya, aku tidak mutlak
menyukai semua video yang di-upload oleh seorang YouTuber.
Misal, channel-nya
si A. Aku hanya akan menonton beberapa video si A yang kusukai. Sementara video
lainnya yang sekiranya tidak kusukai (dilihat dari thumbnail dan judul),
tidak kulihat sama sekali.
Kalau aku men-subcribe
seseorang, seperti ada beban tak tertulis di otakku, bahwa aku harus selalu
menonton semua video orang tersebut. Sekali saja aku tidak menonton, aku merasa
sudah menyia-nyiakan dan membuang-buang sesuatu. Ibaratnya, aku sudah langganan
susu kedelai, tapi tidak kuhabiskan.
Jadi, kuputuskan untuk
tidak men-subscribe siapa pun. Sekali lagi, aku akan menonton video yang
memang ingin kutonton.
***
Lalu, aku juga
membisukan notifikasi dari semua grup WhatsApp yang kuikuti. Bahkan, semua story
di kontak WhatsApp juga kumatikan.
***
Lebih jauh lagi, aku
sudah log-out dari Instagram selama beberapa hari belakangan. Aku juga
sudah bersih-bersih following.
Aku meng-unfollow
akun-akun online shop yang secara tidak langsung, membuatku konsumtif. Aku
tidak terlalu butuh barang yang dijual oleh online shop itu. Tapi,
karena mereka terus membombardirku dengan promosi, lama-lama, aku beli juga. Dan
pada akhirnya, setelah barang itu sampai di tanganku, aku menyesal.
Sekarang, di Instagram,
aku hanya mem-follow beberapa puluh akun. Semua akun yang aku follow
itu hampir semuanya aku mute notifikasinya (postingan, story, dan
IG live), kecuali beberapa biji akun yang memang kubutuhkan.
Instagram, juga
merupakan media yang sering dipakai untuk membongkar aib orang lain. Misal, si
X membongkar aib si Y. Eh, tapi, selang beberapa hari kemudian, keadaan berbalik.
Aib si Y juga terbongkar. Lalu, netizen pun berdecak heran. Si X yang awalnya terlihat
sebagai tokoh protagonis, kemudian berganti menjadi tokoh antagonis. Menurutku,
ini mengerikan sekali.
***
Tindakan yang
kulakukan ini bisa disebut sebagai social media detox. Aku tidak hanya
menutup mata dari berita viral, tapi juga dari informasi-informasi lain yang tidak
relevan untukku.
Zaman sekarang, kita
setiap hari disuapi informasi. Saking banyaknya, kita sampai-sampai
kekenyangan, bahkan muntah. Dan aku, memilih untuk memilah-milah informasi mana
yang layak aku konsumsi, dan mana yang tidak.
Aku merasa, bahwa aku
tidak perlu dan tidak mau tahu makanan apa yang dimakan oleh selebgram, baju
merk apa yang mereka pakai, berapa saldo tabungan mereka, berapa rumah mereka, dan
ke mana mereka liburan.
Diakui atau tidak,
dengan kecanduan sosial media, pasti, sedikit atau banyak, kita akan membandingkan
dengan diri sendiri.
Misalnya, ketika kita
membuka bagian explore Instagram, lantas ada sesoerang yang sedang mirror
selfie memakai Iphone terbaru, di alam bawah sadar, kita langsung berkata, “Ini
pasti orang kaya.”
Lama-lama, kita membatin,
“Kapan ya, aku bisa kayak dia?”
Bagiku, lebih baik aku
tidak mengetahui kehidupan orang lain dan aku merasa nyaman.
***
Media sosial itu kan, punya banyak fitur. Ada mute, blokir, unfriend,
unfollow, dan sebagainya. Kita, sebagai pengguna, diperbolehkan loh, untuk
menggunakan fitur-fitur itu jika diperlukan.
Aku pernah merasa terganggu dengan postingan seorang teman sekolah.
Dia sering nge-like video porno dan nge-repost kata-kata
kasar. Awalnya, aku mau memblokirnya. Tapi, aku khawatir, kalau suatu saat aku
butuh menghubungi dia, lalu bagaimana? Akhirnya, aku tidak memblokirnya. Aku hanya
nge-hide postingan dia. Sejak saat itu, aku merasa tenang sebab tidak
ada satu postingan dia yang muncul di berandaku.
***
Aku, sengaja meng-kudet-kan diri. Aku sengaja kurang update. Aku melakukan ini hanya untuk menjaga kewarasan. Titik.
Komentar
Posting Komentar