Berkelana di Danau Tempe

Kemarin, saya beberes file di laptop. Ada satu file yang sukses membuat saya bernostalgia. Saya menemukan sebuah video yang diambil tatkala kuliah semester 6 dulu. Itu adalah video Danau Tempe.

Danau Tempe terletak di pulau Sulawesi, tepatnya provinsi Sulawesi Selatan. Sulawesi menjadi pulau ketiga yang pernah saya singgahi, setelah Jawa (tempat kelahiran hingga tinggal sekarang) dan Bali (lokasi tujuan study tour ketika SMP).

Saya menyusuri Danau Tempe bersama 5 orang teman sejurusan, dalam rangka melakukan penelitian untuk Kuliah Kerja Lapangan. Ketika itu, kami menyusuri Danau Tempe menggunakan perahu.

Jangan dibayangkan perahunya besar, ya. Tidak sama sekali! Perahunya kecil. Dijalankan pakai mesin, tidak didayung manual. Tapi, walau pakai mesin, jalannya pelan sekali. Selain itu, tidak ada atapnya. Jadi, kami harus berkompromi dengan cuaca di hari itu.

Danau Tempe itu luas banget. Kalau tidak salah, luasnya lebih dari 350 kilometer persegi, atau hampir separuhnya luas provinsi DKI Jakarta.

Saya dan teman-teman sekelompok sangat takjub, melihat betapa luasnya Danau Tempe. Sejauh mata memandang, hanya air, air, dan air. Seperti tidak bertepi. Seperti laut.

Berkelana di Danau Tempe adalah pengalaman tak terlupakan. Ada momen menegangkan yang saya dan teman-teman sekelompok alami. Semula, cuaca cerah. Air danau juga tenang. 

Namun, ketika perahu yang kami naiki sudah menuju ke bagian tengah danau, keadaan berbalik 180 derajat. Perahu kami dihantam angin yang berhembus kencang sekali. Perahu kami pun terombang-ambing, kehilangan keseimbangan.

Apalagi ditambah langit yang mendadak mendung dan hujan deras turun, menambah suasana terasa mencekam. 

Pakaian kami basah kuyup, terkena rinai air hujan dan cipratan air danau. Wajah kami pucat. Kami tidak tahu, akankah kami bisa menyelesaikan penelitian ini dengan selamat. Atau, nantinya kami pulang tinggal nama?

Kami tegang. Mau bagaimana lagi? Serba salah. Kami sudah terlanjur di tengah. Tak mungkin balik ke pinggir lagi. Jadi, kami tak punya pilihan lain, selain terus melanjutkan hingga selesai.

Kami pun komat-kamit melafalkan doa, berharap keselamatan.

Keajaiban terjadi.

Setelah setengah jam perahu terombang-ambing, keadaan berangsur membaik. Langit berubah cerah, hujan, dan badai berhenti. Ketenangan mulai merambati perasaan kami. Akhirnya, kami selamat sampai penelitian selesai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Ibu Saya adalah Orang yang Beruntung dalam Hal…

Gak Mau Makan Mie Selain Indomie