Cinta yang Sudah Luntur

Sudah satu bulan ini saya sering blog walking. Lebih sering menjadi silent reader dibanding meninggalkan komentar.

Salah satunya adalah blog Pak Anton. Tadi malam, saya menjelajahinya dari halaman depan hingga belakang. Sampailah saya pada satu judul yang menggelitik, yakni mengenai Cinta Pak Anton yang Sudah Luntur pada Buku.

Membaca tulisan tersebut membuat saya terhenyak, merasa related dengan tulisan itu. Di usia 23 tahun ini, cinta saya juga sudah luntur. Bukan pada buku, sih. Tapi pada beberapa hal, yaitu:

Pertama, make up.

Dulu, di tahun 2016 hingga 2018, saya kecanduan video tutorial make up. Ketika itu, dalam satu hari, saya menonton 30 hingga 35 video.

Saya sampai hafal nama-nama beauty vlogger. Video seperti Tutorial Make Up untuk Pemula, Tutorial Make Up Natural untuk Remaja, dan 200k Make Up Challenge sudah saya lahap semua.

Saat itu, saya menjadi orang yang sangat pemikir dalam hal make up. Saya tidak bisa keluar rumah jika belum pakai bedak dan pensil alis.

Bahkan, ketika kuliah semester 1 sampai 4, saya lebih berpikir mengenai bagaimana ber-make up yang bagus dibanding belajar yang baik.

Sampai, akhirnya saya sadar bahwa make up bukan segalanya. Tampilan luar penting, tapi dalamnya tidak kalah penting. Sebagai mahasiswa, mending kamu belajar yang bener supaya pinter, deh. Itu kalimat yang ingin saya katakan, andaikata sekarang saya bisa bertemu dengan diri saya yang dulu.

Saat ini, nyaris semua perempuan sudah bisa make up. Ya, minimal make up basic lah. Make up sudah bukan skill langka. Make up bukan sesuatu yang spektakuler lagi.

Sudah banyak Make Up Artist di luar sana. Dan, apakah saya mau menjadi salah satunya? Dulu, saya pikir, iya. Tapi sekarang, tidak. Saya sebagai pengguna jasanya saja, jika suatu saat membutuhkan.

Kedua, konten horor.

Dulu, tahun 2017 sampai 2019, saya adalah penikmat konten horor garis keras di Youtube. Kuota wifi di kampus saya habiskan untuk men-download video konten horor, agar di rumah bisa saya nikmati secara offline.

Sampai akhirnya, saya berbalik haluan.

Saya menyadari satu hal, bahwa setiap video konten horor ada polanya.

Yakni, Youtuber akan menceritakan pengalamannya di masa lalu saat melihat makhluk halus.

Atau, Youtuber akan mendatangi suatu tempat, lalu mengidentifikasi makhluk apa yang ada di situ. Polanya selalu begitu. Perbedaannya terletak pada "isinya". Meliputi jenis kelamin makhluk halusnya, yaitu laki atau perempuan. Usia makhluk halusnya, yaitu anak, remaja, dewasa, atau tua. Kategori makhluk halusnya, yaitu jin atau hantu. Nama makhluk halusnya, yaitu kuntilanak, pocong, genderuwo, atau yang lain. Dan, energi makhluk halusnya, yaitu energi positif atau negatif.

Video konten horor selalu dipenuhi komentar pro dan kontra.

Saya sendiri percaya bahwa makhluk halus itu ada. Saya juga percaya bahwa memang ada orang yang bisa melihat makhluk halus. Saya tetap nge-fans dengan Youtuber horor. Hanya saja, sekarang saya memilih berhenti menonton video konten horor.

Karena, menurut saya, ngomongin hal berbau horor gak ada habisnya. Dan, rasa antusias saya pada video konten horor sudah menipis.

Ketiga, cerita romantis.

Dulu, saya akan senyum-senyum sendiri menyaksikan kisah cinta orang lain. Saya membayangkan, hal romantis itu juga akan terjadi pada saya.

Dulu saya berpikir, bahwa saya adalah orang yang menarik di mata lawan jenis. Dulu, saya suka menebak-nebak, eh, kayaknya dia suka sama aku deh, dilihat dari gerak-gerik dan ekspresinya. Lalu, saya searching di internet, Tanda-tanda Lawan Jenis Menyukai Kita. Hahahaha, iya, saya dulu begitu.

Sampai akhirnya, saya sadar bahwa hidup ini tidak melulu soal lawan jenis. Saya sekarang mengatakan pada diri sendiri, kamu itu biasa aja, kamu tidak semenarik dan sespesial yang kamu bayangkan, jadi berhentilah meromantisasi keadaan, dan stop untuk memikirkannya.

Saya tidak menjadi anti dengan hal-hal romantis. Cuma, sekarang belum saat yang tepat untuk memikirkan itu. Ada hal lain yang saat ini lebih mendesak untuk saya capai.

Satu hal yang saya saksikan, yakni timeline Youtube saya berubah. Ketiga hal di atas menghiasi timeline Youtube saya pada 5 hingga 2 tahun lalu. Sekarang sudah berubah. Saya jadi membayangkan, mungkinkah karyawan Youtube bakalan mikir, nih orang kenapa ya, kok minatnya berubah banget?

Demikian, saya tidak tahu cinta saya yang luntur pada hal-hal di atas akan berlangsung sampai kapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Ibu Saya adalah Orang yang Beruntung dalam Hal…

Gak Mau Makan Mie Selain Indomie