Bisa Makan Cepat Adalah Privilege

"Kamu tuh makan atau ngemut, sih? Kok lama banget." Kata seorang teman di lokasi KKN dulu.

Ya, dari dulu, satu hal yang jadi problem saya, yaitu gak bisa makan dengan cepat. Terutama kalau pagi hari, dengan udara yang masih dingin, entah kenapa membuat saya agak kesulitan menelan makanan. 

Apa lagi kalau nasinya lembek. Ketika nasinya baru saya kunyah, lalu perlahan-lahan hendak saya telan, itu rasanya mual. Sehingga, nasi tersebut termuntahkan begitu saja. 

Kalau sudah begini, saya hanya bisa diam. Diberi jeda. Setidaknya, 5 menit kemudian, baru bisa memasukkan makanan ke dalam mulut lagi. Itu pun, ngunyah dan nelannya harus slow motion. Kalau enggak, ya, muntah lagi.

Akibatnya, durasi makan saya gak bisa cepat. Hal ini menyebabkan orang-orang yang melihat jadi geregetan. 

"Kalau makan tuh yang cepet. Keburu rasanya berubah." Kata ibu saya. 

Lha, bayangkan saja, saya yang lebih dulu makan, tapi selesainya belakangan. Sementara ibu saya yang mulai makan lebih akhir, selesai lebih dulu. Tapi, ya gimana lagi. Daripada saya cepet-cepetin, tapi ujung-ujungnya malah muntah. Kan, lebih baik pelan-pelan tapi gak muntah. Soalnya, kalau  muntah, semua isi perut saya juga ikut keluar.

Sebenarnya, saya bisa sih makan dengan cepat. Tapi, hanya pada saat kondisi sangat lapar. Misalnya, pagi sarapan, lalu siangnya gak makan, dan baru makan lagi ketika sore. Itu dijamin saya bisa makan dengan cepat dan lahap. Tapi, pola makan begini kan tidak sehat.

***

Anyway, menurut saya, bisa makan cepat adalah privilege. Ini saya rasakan ketika SMA dulu. 

Dulu, di SMA saya, selain MOS (Masa Orientasi Siswa) selama 3 hari, juga ada PKPT (Pekan Kedisiplinan dan Pemilihan Tonti) selama 1 minggu. 

Ketika itu, semua murid baru (termasuk saya) disuruh makan dalam waktu 3 menit. Saya sengaja bawa bekal makan dengan porsi sedikit. Harapannya, supaya bisa habis dalam waktu 3 menit. Eh, tapi, kenyataannya, saya tetep gak bisa ngabisin. 

Kakak-kakak OSIS-nya pun membentak-bentak, menyuruh agar segera dihabiskan. Tapi, disuruh makan sambil dibentak-bentak begitu malah membuat saya makin mual dan makin susah menelan. So, kakak-kakak OSIS nyuruh supaya murid-murid yang makannya udah habis, segera membantu menghabiskan makanan temannya yang belum habis. Dan, selama PKPT 1 minggu itu, saya gak pernah bisa ngabisin makan. Dan tentu saja, saya selalu "dibantu" menghabiskan makan.

Di kegiatan PKPT ini, murid-murid baru tidak hanya disuruh makan nasi, tapi juga makan snack. Snack-nya gak boleh sembarangan. Harus merk "Pia MM Universal". 

Lagi-lagi, saya gak bisa ngabisin. Tapi, kali ini gak ada yang bisa bantu ngabisin, karena semua murid pun sudah kenyang ngabisin jatahnya masing-masing. So, ya udah, karena gak habis, sisa Pia MM Universal-nya saya masukkan tas.

Saya pun mengikuti kegiatan baris-berbaris. Semula, saya pikir tidak akan terjadi apa-apa.

Tiba-tiba, di tengah-tengah prosesi baris-berbaris, saya beserta 2 murid lainnya dipanggil oleh seorang Kakak OSIS, lalu disuruh keluar dari barisan. 

Kami pun ditanya, "Kalian tau gak, kesalahan kalian apa?"

Kami saling berpandangan, dan menggeleng karena merasa tidak ada yang salah.

"Jadi, kalian dipanggil ini karena gak ngabisin Pia MM Universal." 

Kami pun mengernyitkan dahi karena gak nyangka penyebabnya itu. 

"Ok, kalian aku kasih hukuman." 

Duh, feeling saya mulai gak enak. 

"Kamu, cari kakak OSIS yang namanya Kak Andika. Harus ketemu. Kalo udah, bawa Kak Andika ke sini." Perintahnya kepada saya. 

Sementara, 2 teman saya yang lain disuruh mencari kakak OSIS lain. So, kami bertiga gak bisa kerja sama nyari bareng. Harus nyari sendiri-sendiri. Duh, mana saya gak tau lagi, Kak Andika itu yang mana. Mampus. 

Akhirnya, saya keliling-keliling ke lapangan. Mengira-ngira, yang manakah Kak Andika. 

Saya tanyai satu per satu kakak-kakak OSIS di situ, "Maaf kak, kakak namanya Kak Andika bukan?" 

Dan, semua yang saya tanyai menjawab, "Bukan." 

Alhasil, saya masih keliling-keliling, sementara 2 teman saya yang lain sudah menemukan orang yang mereka cari. Saya mulai panik. Dan, mungkin saya terlihat mencolok sekali, sebagai satu-satunya murid baru yang mondar-mandir di lapangan dengan muka bego. 

FYI, PKPT di SMA saya ini jadi tontonan kakak kelas non OSIS. Jadi, selama PKPT, kakak kelas non OSIS itu nonton dari pinggir lapangan. Dan, saya yang mondar-mandir (dalam rangka nyari Kak Andika) ini mengusik perhatian mereka. Mereka pun ngetawain saya rame-rame. 

Nada ketawa mereka tuh kayak, "Muahahahahah, rasakan itu !!!!!!!!" 

Udah kayak suara hati pemain sinetron yang memerankan tokoh antagonis aja. 

Dan, ternyata hal ini memancing beberapa kakak OSIS untuk menghampiri saya. Saya gak berhasil nemuin Kak Andika. Yang ada malah dikerjain Kakak-kakak OSIS yang lain. 

Entah yang manakah Kak Andika. Saya curiga, jangan-jangan dia termasuk yang udah saya tanyain namanya, tapi dia bohong, gak ngaku kalau namanya Kak Andika.

Itulah kenapa menurut saya orang yang bisa makan cepat itu punya privilege. Andai saja saya bisa ngabisin makanan dengan cepet, gak perlu mengalami hal-hal begitu. 

Dulu, ketika menjalani, saya sebel banget dihukum, juga malu banget dikerjain. Kalau bisa, pengin balas dendam saking sebelnya, juga pengin nutup muka saling malunya. Tapi, sekarang, kalau diingat-ingat, ya, jadinya lucu aja. 

Kalau kamu, apa hal yang gak bisa terlupakan selama MOS atau memasuki sekolah baru?

Komentar

  1. Jujur aku jadi ikut kesal denger cerita-cerita kakak OSIS yg kayak gini, dulu perasaan waktu nge-MOS adik kelas nggak begini banget, huhu. Malah lebih mirip pengalaman waktu ospek😔

    Sebagai orang yg ngalamin keduanya, makan cepat dan lambat, aku sedikit banyaknya merasakan gimana kalau ada di posisi mbak. Pasti nggak enak ya, apa-apa bawaannya mual aja kalau makan😢 Dulu tuh aku makan selalu cepat, sampai akhirnya beberapa bulan ke belakang nafsu makan mulai turun perlahan-lahan, dan berimbas ke cara makan. Lebih sering muntah juga😟 Kalau makan nasi nggak bisa cepat habis, apalagi lembek, kecuali lagi laper2nya dan lauknya memang yg aku suka. Mungkin kebiasaan sering makan makanan yg variatif waktu di kosan, dan keseringan jajan tanpa makan nasi jadi efeknya kayak gini. Dulu sempet mikir gak enak bisa makan cepet, di saat temen2 masih nikmatin makanannya, aku udah abis duluan dan dibuat ngiler karena kurang bisa nikmatin makanan saking cepatnya😂 Sekarang malah sebaliknya, huhu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Gak Mau Makan Mie Selain Indomie

Ibu Saya adalah Orang yang Beruntung dalam Hal…