Awet

Aku adalah pecinta barang awet. Barang di sini artinya luas ya, bisa HP, laptop, motor, dll.  Rasanya puas aja kalau melihat barang yang sudah kugunakan selama sekian tahun masih layak, bahkan masih bagus. 

Bukankah yang lebih menyenangkan itu kalau punya barang baru? 

Betul, punya barang baru memang menyenangkan. Tapi, aku pribadi lebih puas dengan barang yang awet. Punya barang awet itu sensasinya beda. Rasanya, aku seperti sudah mencecap hingga sari-sarinya. Hingga tetes terakhir. 

Kesukaanku akan barang awet sepertinya nurun dari ibu. Ibuku itu ya, kalau punya barang, diawet-awet banget. Ibu selalu merawat barangnya dengan telaten dan sepenuh hati. Hampir setiap malam, ibuku mengelap lalu menyemir tas kulitnya. Dan, ibu kalau nyemir tas, gak ada satu centi pun bagian tas yang terlewat. Alhasil tas kulit ibu selalu mengkilat dan awet hingga belasan tahun. 

Begitu pula kalau ada barangnya yang rusak, ibu akan berusaha sekuat tenaga supaya barang itu tetap bisa digunakan. 

Pernah suatu ketika, HP ibu jatuh. Layarnya pecah. Sebenarnya, HP itu sudah berusia lebih dari 4 tahun. Jadi, sebenarnya sah-sah aja kan kalau ibu beli HP baru lagi. Itu bukalah termasuk pemborosan. Tapi, bagaimana pun juga, hasrat ibu adalah memper-awet barang. Ibu gak mau kalau HP-nya yang layarnya pecah itu hanya akan menjadi rongsokan. Maka, dimasukkanlah ke service center. Layarnya harus diganti,  biayanya setara dengan setengah harga HP baru. 

Beberapa hari kemudian, salah seorang teman ibu berkunjung ke rumah. Ibu pun menceritakan perihal penggantian layar HP-nya. 

Reaksi teman ibu gini, "Ya ampun... Kok kamu tuh suka nyari-nyari kesulitan sih? Mbok ya mending beli yang baru aja kan beres." 

Aku yang mendengar obrolan itu, ketawa dalam hati, geli membayangkan hasrat mereka yang bertolak belakang begitu. Ibu hasratnya ingin mengawetkan barang. Sedangkan, temannya ibu hasratnya ingin segera gonta-ganti barang. 

Anyway, kalau menurutku, faktor penentu awet tidaknya suatu barang adalah kemampuan kita dalam menghalau rasa bosan. 

Yang namanya barang, kalau masih baru terasa menggairahkan. Kita antusias memakainya, lemah lembut menyentuhnya. Tapi kalau udah lawas, hmmm, mulai tuh, timbul rasa bosan. 

Kalau ketika bosan melanda, kita gak mempedulikan rasa bosan itu, dan kita tetap menggunakan barang seperti biasa, maka niscaya barang itu akan awet. Tapi, kalau ketika bosan melanda, kita barbar dalam menggunakannya, ya pasti bakal cepet rusak itu barang. 

Entah kenapa, ketika barangku awet, aku merasa puas. Aku seperti menang melawan apa gitu, hehehe. Berhasil memper-awet suatu barang itu bagiku adalah sebuah prestasi. Semakin awet, bagiku semakin berprestasi. 

Kalau kamu, suka memper-awet barang, atau suka gonta-ganti barang?

Komentar

  1. Ibunya hebat yah bisa bertahan gitu dgn 1 barang, aku sih tim yang suka ganti barag kalo rusak atw bosan... Karena menururku barang bru itu lbih canggih kayak hp dulu dn sekarangkan beda, dulu cuman bisa nelpon sekrang sdah bia videocall...
    Atw kalau motornya boros yah diganti yang motornya yang irit. Kan,, itu sih alasanku suka ganti brang hehw

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Diam itu (Belum Tentu) Emas?

Semua Foto Akan Terlihat Jadul pada Waktunya