Menunggu
Ngomongin tentang menunggu, tentu yang langsung terngiang di kepalaku adalah...
Menunggu, sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku.
Saat ku harus bersabar dan terus bersabar.
Yap, itu adalah potongan lirik lagu Zivilia-Aishiteru yang hits pada waktu aku SMP.
Ada menunggu yang menyenangkan. Di situasi ini, kita cenderung gak sabaran. Pengin supaya waktu berjalan lebih cepat. Misalnya, waktu membeli barang baru yang sudah lama kita idam-idamkan. Kita gak sabar untuk segera menyentuh barang itu. Kita membayangkan seperti apa kiranya barang itu. Lalu, ketika kita berhasil membelinya, kita akan menyentuhnya dengan lemah lembut. Ibaratnya, jangan sampai lecet barang setitik pun.
Ada pula menunggu yang menggelisahkan. Biasanya, hal ini terjadi ketika kita merasa belum siap. Misalnya, kita adalah seorang siswa menunggu menghadapi ujian akhir sekolah. Rasanya belum siap. Rasanya belum belajar maksimal. Dan rasa belum-belum lainnya.
Ada juga menunggu yang mendebarkan. Jantung kita berdetak lebih kencang. Keringat dingin. Tangan gemetar. Merasa terpojok. Merasa akan berhadapan dengan hal membahayakan. Merasa gak aman. Ini terjadi ketika kita menunggu giliran. Misalnya, menunggu giliran sidang skripsi bagi mahasiswa tingkat akhir. Atau, menunggu pengumuman yang hasil akhirnya adalah ya atau tidak, berhasil atau gagal, diterima atau ditolak, dan sejenisnya.
Ada pula menunggu jenis lain, yaitu menunggu kapan selesai. Ini terjadi saat kita berada pada antrian panjang, kita menunggu kapan giliran kita tiba. Atau, ketika kita janjian dengan seseorang, dan kita yang lebih dulu hadir di tempat yang sudah disepakati. Kita menunggu, kapan orang itu datang.
Menurutku, menunggu apa pun itu, rasanya nano-nano. Entah kenapa, ketika sedang menunggu, pikiranku hanya fokus pada apa yang aku tunggu itu. Kayak, gak ada lagi ruang di otak untuk memikirkan hal lain. Padahal, niat hati ingin santai aja dan biasa aja, tapi itu hanya sebatas keinginan. Kenyataannya, aku masih aja membayangkan secara berlebihan sesuatu yang aku tunggu itu.
Akhir-akhir ini, ketika sedang menunggu, dan aku merasa gelisah akan sesuatu yang aku tunggu itu, aku berusaha mengalihkan pikiran. Bisa dengan cara membaca ulang buku kesukaan. Menonton video clip lagu-lagu pop lama di YouTube. Atau, sesimpel ikut bantu kakak ipar bikin cilok di dapurš¤£ Ternyata, membuat adonan cilok berbahan dasar tepung lalu membentuknya bulat-bulat itu punya efek menenangkan.
Sepanjang hidup, kita memang tidak bisa lepas dari aktivitas menunggu. Kalau kamu, bagaimana caramu agar tetap "waras" saat menunggu, terutama menunggu hal-hal yang mendebarkan atau menunggu sesuatu yang "besar" di hidupmu?
Komentar
Posting Komentar