Postingan

Menyikapi Hal-hal yang Gak Bisa Kita Kontrol

Bisa dibilang, dari kecil aku gak akrab dengan kegagalan. Aku nyaris selalu bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Masuk di sekolah yang aku inginkan, mendapatkan rangking yang selalu aku inginkan, hingga universitas yang juga aku inginkan. Baru ketika lulus kuliah... boommmmm!!! Untuk pertama kalinya aku menghadapi kegagalan. Itulah kali pertama, aku terganjal oleh realita. Itulah kali pertama, aku tidak (atau belum) mendapatkan sesuatu yang aku inginkan. Jadi, saat baru lulus kuliah di tahun 2020 dulu, aku amat berambisi mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Waktu itu, aku mati-matian mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi tes masuknya. Tapi ternyata, aku gagal di seleksi tersebut. Aku pun sangat sedih, sangat terpukul, sekaligus sangat galau, karena kok perjuanganku yang mati-matian itu hanya membawaku pada kegagalan. Dari situ aku belajar, bahwa... udahlah, gak usah terlalu tegang dan gak usah terlalu berapi-api ketika ingin mewujudkan suatu hal. Bisa dibilang, waktu itu ak

Bekerja Tidak Sesuai Jurusan?

Yap, saat ini aku bekerja tidak sesuai jurusan kuliah.  Aku adalah lulusan jurusan Geografi--yang mayoritas alumninya bekerja di konsultan pemetaan, tapi sekarang aku justru bekerja di bidang Ilmu Komunikasi.  Alasannya?  Ya karena dapetnya ini 🤣  Aku udah melamar ke sana kemari di konsultan pemetaan, tapi belum ada yang nyantol. Dan akhirnya, di sinilah aku "terdampar" sekarang, di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Ilmu Komunikasi.  Babar blas gak nyambung sama jurusan kuliahku 😆 . Aku sendiri sangat bersyukur akhirnya bisa dapat pekerjaan setelah luntang lantung jadi pengangguran selama 20 bulan sejak lulus kuliah. Tapiiii, sebagai manusia biasa yang pikirannya sering ke mana mana, ada sedikit kegalauan yang aku rasakan. Jadi gini guys. Sebenarnya, aku nge-hide semua story WhatsApp yang ada di kontakku. Tujuannya supaya aku gak ngeliat story mereka. Tapi, dasar tanganku gatel, tetep aja sesekali aku ngintip story-story tersebut. Kadang aku melihat aktivitas teman-

Hari Pertama Masuk Kerja

Setelah kemarin-kemarin aku curhat perihal gak enaknya jadi pengangguran, di postingan blog kali ini aku akan bercerita tentang hari pertama masuk kerja. Akhirnya, setelah menjadi pengangguran selama 20 bulan lamanya, aku dapat kerja juga.  Selama 20 bulan itu, ada kalanya, aku curhat ke keluarga perihal ke-frustrasi-an-ku mencari pekerjaan, dan keluargaku hanya bilang gini, "Cari sampai ketemu!"  Lalu, ada kalanya, aku pengin curhat dengan teman, tapi gak jadi, karena aku berpikir, bahwa aku hanya akan merepotkan dia, dan sepertinya curhat ke teman perihal susahnya cari kerja itu kurang etis, itu yang ada di pikiranku.  Setelah lulus kuliah, aku baru merasakan sulitnya mencari pekerjaan. Aku baru benar-benar mengalami, seperti apa rasanya merintis, memulai, dan mengusahakan sesuatu dari nol.  Kalau dulu, waktu cari SMA setelah lulus SMP misalnya, ya udah, gak keterima di SMA A, ya daftar aja di SMA B. Atau waktu cari kampus pasca lulus SMA, gak keterima di kampus X, ya dafta

Lagi Demotivated

Entahlah. Beberapa hari belakangan, aku gak berselera ngapa-ngapain. Kerjaannya rebahan terus. Hambar. Bosen sama diri sendiri.  Aku pun bertanya-tanya, ke mana perginya motivasiku? Kenapa aku jadi gak punya motivasi gini, sih?  Kayak, gak ada hal menarik di hidupku sekarang ini.  Buat bangun dari kasur aja males banget.  Makan juga cuma buat formalitas biar tetep ada tenaga.  Capek, padahal gak ngapa-ngapain.

Pengendara Motor Ter-cemen

Jika di dunia ini ada Sayembara Pengendara Motor Ter-cemen, pasti akulah juaranya. Serius. Padahal, aku sudah delapan tahun menjadi pengendara motor, tapi skill masih gini-gini aja:  1. Takut Naik Motor Bebek .  Bagiku, mengendarai motor bebek jauh lebih sulit dibanding mengendarai motor matic . Ketika naik motor bebek, kita harus paham kapan waktunya pakai gigi satu, dua, tiga, atau empat. Well , tidak apa-apa sih kita cuek terhadap penggunaan gigi, misalnya kecepatan 60 km/jam tapi pakai gigi satu, tapi siap-siap saja motornya bakal bergetar hebat dan sebagai akibatnya... pantat kita kesemutan a.k.a gringgingen dalam bahasa Jawa. Aku pernah belajar naik motor bebek di jalan raya. Niat hati ingin menyalip sebuah truk. Maka, aku memacu kecepatan. Harusnya aku iringi dengan menambah gigi dengan cara menginjak pedal gas bagian depan, kan. Eh, tapi aku justru melakukan sebaliknya, yakni menginjak pedal gas bagian belakang! Aku salah injak! Motor bebek yang aku kendarai syok kali ya,

Sebuah Pengalaman Interview Kerja yang Mengesankan

Awalnya, aku cuma melamar pekerjaan yang khusus diperuntukkan bagi lulusan S-1, sebagaimana pendidikan terakhirku. Tapi, dari 54 lamaran yang aku kirim, hanya ada : 2 e-mail berisi balasan penolakan pada tahap seleksi administrasi, 1  e-mail berisi kegagalanku di tes tertulis, 1  panggilan interview yang berujung dengan penolakan, dan 50 sisanya… tidak ada kabar sama sekali. Itu baru yang aku catat. Masih ada beberapa yang gak aku catat. Lalu, aku pun menurunkan standar. Walau Pendidikan terakhirku S-1, aku coba melamar pekerjaan untuk lulusan SMA/SMK. Pokoknya, aku gak pilih-pilih lagi. Aku pun mengirim lamaran sebagai Staff Admin di salon kecantikan, Staff Packing di toko kue, bahkan aku juga melamar sebagai tukang cuci dan setrika baju di tempat laundry. Hasilnya? Tidak ada balasan. Aku terus mencari. Suatu hari, aku melihat sebuah lowongan pekerjaan untuk lulusan SMA sebagai Staff Produksi di sebuah UMKM yang membuat produk hampers dan parcel . Tanpa pikir panj

Alibi

Pada postingan blog kali ini, aku mau bernostalgia dengan tingkah laku ajaibku di masa kuliah. Dulu, aku adalah seorang mahasiswa yang amat penakut dan pemalu. Aku akan merasa takut dan malu untuk hal-hal yang sebenarnya sepele. Misalnya, saat ditunjuk oleh dosen untuk menjawab pertanyaan.   Di antara sekian banyak dosen, pasti ada dong yang hobi nunjuk mahasiswa. Tujuan si dosen itu macam-macam, tapi intinya cuma satu, yaitu ingin ngetes. Mulai dari ngetes seberapa mendalam pemahaman yang dimiliki mahasiswa, hingga ngetes seberapa kuat mental yang dimiliki mahasiswa. Nah, sebagai seorang mahasiswa penakut dan pemalu garis keras, tentu saja, dosen yang suka nunjuk mahasiswa bukanlah dosen favoritku. Aku lebih suka dosen yang jarang nunjuk mahasiswa. Semakin jarang seorang dosen nunjuk mahasiswa, maka semakin sukalah aku kepada dosen tersebut. Sayangnya, di setiap semester, pasti ada dosen yang suka nunjuk mahasiswa. Ada beberapa style dosen dalam menunjuk mahasiswa, yaitu: