Postingan

Pengalaman Biduran Saat KKN

Adakah di sini yang pernah mengalami biduran?  Aku pernah, di lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) 2 tahun lalu.  Biduran adalah kondisi kulit yang gatal, berwarna kemerahan, dan tebal. Mirip seperti digigit nyamuk, tapi kalau digigit nyamuk kan bentuknya cuma buletan kecil. Nah, kalau biduran ini bentuknya tidak beraturan dan permukaannya lebih luas. Jadi, biduran ini seperti pulau di kulit kita. Tapi bukan panu, ya 🤣  Terus, penyebab biduran itu apa?  Kalau yang aku baca di Google, penyebabnya macam-macam. Mulai dari alergi makanan, alergi dingin, dan stress.  Kalau yang terjadi di aku, sepertinya karena stress. Kenapa aku bisa menyimpulkan bahwa penyebabnya karena aku lagi stress? Karena, aku gak punya alergi makanan dan gak punya alergi dingin juga.  Stress itu bukan berarti gila, ya 😂 Stress itu kondisi ketika kita terlalu kepikiran dan terlalu tertekan dengan keadaan. Sebenarnya, stress dalam kadar normal itu bagus. Dengan kadar stress yang normal, kita akan menjadi orang yang punya

Peragu

Pernahkah kamu ragu ketika akan mengambil keputusan?  Kalau aku, sering.  Ketika dihadapkan pada 2 pilihan yang harus aku pilih salah satu, aku sering bimbang.  Pilihan manakah yang harus aku ambil ? Aku takut kalau sampai salah dalam mengambil keputusan.  Aku sering bertanya-tanya, kapan aku harus mendengarkan omongan orang , dan kapan aku harus mendengarkan kata hati ?  Kapan aku harus mengatakan iya , dan kapan aku harus mengatakan tidak ?  Duh, pokoknya banyak banget kebimbanganku. Aku ini peraguuuu banget.  Dulu, aku merasa fine - fine aja dengan sifat peragu ini.  Tapi, seiring berjalannya waktu, aku sadar kalau sifat peragu dibiarkan berlarut-larut, akan merugikan hidupku.  Karena, dalam hidup, akan ada banyak keputusan yang harus diambil segera.  So , aku harus belajar untuk mengambil keputusan dengan cepat. Perkara itu keputusan yang salah atau benar, dipikir nanti aja, deh.  Oke, sekian curhatan gak jelas ini. Bye .

4 Tips Mencegah Mabuk Kendaraan yang Gak Berefek di Aku

Aku baru menyadari bahwa aku mengidap mabuk kendaraan itu waktu study tour ke Bali zaman SMP.  Waktu itu, pagi-pagi sekali aku berangkat dari rumah.  Begitu aku masuk ke dalam bus pariwisata, bau-bau kendaraan langsung menyergap hidungku. Bau-bau yang menurutku sangat menyengat. Entah, itu tuh bau busnya, mesinnya, bensinnya, atau mungkin wewangiannya yang langsung membuatku mual.  Selama beberapa jam perjalanan, aku masih bisa "mengakali" ketidaknyamananku dengan cara bernapas lewat mulut. Tetapi, lama-lama, ketika bus sudah sampai daerah Nganjuk, Jawa Timur, aku gak kuat lagi. Mulutku mulai terasa asin.  Tiba-tiba...  Hoeeekkkkkk ... Aku muntah.  Untung sebelumnya aku sudah membuka plastik kresek dan mengarahkan mulutku ke situ, sehingga muntahanku aman, tidak kena teman di sampingku.  Tapi tetap saja, rasanya gak enak. Dan, gara-gara suara muntahku yang cukup nyaring itu, semua orang di bus menoleh ke arahku.  Sejak saat itu, aku jadi sering trial and error , mencoba b

Tentang Nama Panggilan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa ada orang yang nama panggilannya adalah nama depan. Misal, nama lengkapnya Wiwik Sulastri, nama panggilannya Wiwik.  Ada juga yang nama panggilannya adalah nama tengah atau nama belakang. Misal, nama lengkapnya Vita Wulandari, nama panggilannya Wulan.  Ada pula nama panggilan yang tercipta karena cadel sewaktu kecil, dan akhirnya keterusan sampai dewasa. Misal, nama lengkapnya Alisa Cahya. Sebenarnya, orang tua si Alisa Cahya ini sudah menyiapkan nama panggilan untuknya, yaitu Cahya. Tapi, karena waktu kecil si Cahya masih cadel, belum bisa ngomong Cahya, bisanya ngomong Aya, jadilah hingga dewasa nama panggilannya adalah Aya.   Kasus seperti Aya ini menurutku masih mending. Setidaknya, Alisa Cahya masih mengandung unsur "Aya".  Eh, tapi ada juga yang nama panggilannya sama sekali gak ada di nama lengkapnya. Misal, nama lengkapnya Yaumil Husna, nama panggilannya Sasa. Itu "Sasa" dari mananya, cobak? Yaumil Husna kan gak ada unsur Sasa

Panitia Remidi

Ada satu istilah lucu di zaman aku sekolah dulu, yakni panitia remidi .  Saat Ujian Akhir Semester (UAS) berakhir, nilai-nilai siswa dipajang di papan pengumuman. Siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), harus ikut remidi. By the way , mengenai bentuk remidinya seperti apa, itu macem-macem. Ada yang disuruh mengerjakan ulang soal UAS, ada yang dikasih soal baru, ada juga yang disuruh bikin rangkuman. Tapi, mayoritas disuruh mengerjakan ulang soal UAS. Jawabannya ditulis di kertas folio bergaris. So , folio bergaris menjadi barang dagangan yang laris manis di koperasi sekolah. Nah, siswa yang hampir semua nilainya di bawah KKM sehingga harus ikut banyak remidi disebut panitia remidi.  Biasanya, di setiap kelas pasti ada aja murid yang ternobatkan sebagai panitia remidi karena sebegitu seringnya ikut remidi. Biasanya orang-orang sampai hafal siapa saja murid yang langganan remidi. Sampai-sampai, kalau tuh murid gak ikut remidi satu kali aja, rasanya kaya ada yan

Pengalaman Rebutan Paling Berkesan

Berbicara mengenai rebutan, aku adalah orang yang sering kalah dalam hal rebutan. Entah karena orang-orang yang pada gercep atau aku aja yang terlalu lemot. Kalau menyangkut rebutan, aku angkat tangan.  Tapi, mau tidak mau, suka tidak suka, dalam hidup ini, kita akan sering berhadapan dengan yang namanya rebutan. Ada kalanya, kita harus ikut rebutan, untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.  So, di sini aku mau curhat mengenai beberapa pengalaman rebutan yang...waktu menjalaninya sih sebel, tapi kalau dipikir-pikir, lucu juga:   1. Rebutan tempat duduk waktu ulangan harian zaman SMA.  Entah, ini hanya berlaku di SMA-ku atau berlaku juga di SMA lain. Jadi, di SMA-ku (lebih tepatnya kelasku) dulu, ada semacam peraturan tidak tertulis bahwa tempat duduk ter-ideal saat mengikuti ulangan harian adalah tempat duduk belakang.  Sementara itu, barang siapa yang waktu ulangan dapet tempat duduk depan, dianggap kena kutukan, hahaha. Alasannya? Simpel. Kalau duduk di belakang kan (harapannya)

Lula dan Anak-anak Lainnya

Namanya Lula. Dia adalah seorang anak perempuan kelas 2 SD yang satu tahun belakangan mengikuti les privat membaca di tempat ibuku --- pensiunan guru SD yang membuka les privat di rumah.   Satu hal yang patut diacungi jempol dari Lula adalah sifat tahan bantingnya.  Dia selalu datang tepat waktu, bahkan 5 menit sebelum les dimulai.  Fokus, mencurahkan perhatiannya pada apa yang sedang dipelajarinya.  Tidak mengeluh capek, walau dijejali materi pelajaran selama 1,5 jam lamanya.  Tidak mengeluh bosan walau dia harus datang 2 kali dalam seminggu.  Tidak cemberut ketika masih terseok-seok mengeja huruf demi huruf.  Ketika dia ditanya tetapi tidak mengetahui jawabannya, dia hanya bilang, "Nggak tau...", tanpa mengeluh bahwa ini sulit.  Satu tahun lalu, saat mulai ikut les, Lula benar-benar masih awam dalam hal membaca. Butuh waktu 3 bulan untuk menghafal 26 huruf abjad. Di bulan ke 6, dia baru bisa merangkainya menjadi kata. Dan baru di bulan ke 12 (atau setelah satu tahun) dia ba