Tentang Nama Panggilan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa ada orang yang nama panggilannya adalah nama depan. Misal, nama lengkapnya Wiwik Sulastri, nama panggilannya Wiwik. 

Ada juga yang nama panggilannya adalah nama tengah atau nama belakang. Misal, nama lengkapnya Vita Wulandari, nama panggilannya Wulan. 

Ada pula nama panggilan yang tercipta karena cadel sewaktu kecil, dan akhirnya keterusan sampai dewasa. Misal, nama lengkapnya Alisa Cahya. Sebenarnya, orang tua si Alisa Cahya ini sudah menyiapkan nama panggilan untuknya, yaitu Cahya. Tapi, karena waktu kecil si Cahya masih cadel, belum bisa ngomong Cahya, bisanya ngomong Aya, jadilah hingga dewasa nama panggilannya adalah Aya. 

Kasus seperti Aya ini menurutku masih mending. Setidaknya, Alisa Cahya masih mengandung unsur "Aya". 

Eh, tapi ada juga yang nama panggilannya sama sekali gak ada di nama lengkapnya. Misal, nama lengkapnya Yaumil Husna, nama panggilannya Sasa. Itu "Sasa" dari mananya, cobak? Yaumil Husna kan gak ada unsur Sasa-sasanya sedikit pun? 

Menurutku, manusia yang paling enak adalah yang nama panggilannya itu nama depan. Karena, orang tersebut tidak akan mengalami drama berikut ini: 

1. Drama Driver Ojek Online Nyasar
Kejadian ini baru aku alami kemarin. Pagi itu, aku memesan ojek online. Aku menggunakan nama lengkapku, yaitu Sekar Anindya. 

Mungkin karena GPS-ku kurang akurat, alhasil si driver nyasar di rumah tetanggaku. Sebenarnya, jaraknya dari rumahku gak jauh-jauh amat. Tapi, aku bingung gimana menjelaskan lokasiku kepada driver, karena untuk menuju ke rumahku dari rumah tetanggaku itu, harus belok kanan, belok kiri, blablabla. 

Aku panik. Untunglah, hanya dalam waktu 3 menitan, driver sudah bisa menemukan lokasiku yang benar. 

Ketika aku dan driver sudah naik kendaraan, barulah driver tanya, "Mbaknya bukan asli sini, ya? Tadi saya nyasar di tempat Pak Narto. Terus, saya tanya, rumah mbak Sekar di mana. Tapi, Pak Narto malah kebingungan. Pak Narto bilang kalau di sini gak ada yang namanya Sekar." 

Aku baru ngeh, kalau itu yang terjadi. Aku pun bilang ke driver, "Ooh... Di sini nama panggilan saya Anin, mas. Bukan Sekar. Keluarga dan tetangga-tetangga memanggil saya Anin." 

Mendengar penjelasanku, driver pun ketawa sambil tepok jidat. 

Yap, nama panggilanku di lingkungan keluarga dan tetangga adalah Anin. Banyak dari tetangga dan keluarga besarku yang tidak tau nama lengkapku, taunya hanya nama panggilanku. Dan, hal ini cukup membuatku puyeng. 

Tetapi, kalau di lingkungan sekolah, kuliah, dan tempat umum, nama panggilanku adalah Sekar, karena memang di tempat-tempat seperti ini  biasanya pakai nama depan. 

Dan, aku pun gak masalah kalau dipanggil Sekar. Karena aku males juga kalau harus meluruskan, "Nama panggilanku tuh Anin, bukan Sekar." So, mau panggil Anin or Sekar is OK. 

Aku sempat tanya ke orang tuaku, "Kenapa sih, nama panggilanku pakai nama tengah, bukan nama depan aja?" 

Dan, orang tuaku hanya tersenyum sambil garuk-garuk kepala, karena gak menyangka kalau perihal nama panggilan ini menyeretku pada drama yang rumit. 

2. Drama Kurir Nyari Lokasi Rumah
Kalau ini, pernah menimpa tetanggaku. Suatu hari, ada kurir ekspedisi, tanya ke beberapa ibuk-ibuk yang lagi momong cucu-cucu di depan rumah. 

Si kurir tanya, "Buk, rumahnya Mahar Khoiriyah di sebelah mana, ya?" 

Ibuk-ibuk bingung, sambil terbengong-bengong, mengingat-ingat, siapakah gerangan Mahar Khoiriyah? Memangnya ada penduduk sini yang namanya Mahar Khoiriyah? 

Mereka semua terdiam cukup lama. Sampai akhirnya, ada salah seorang dari ibuk-ibuk itu bilang, "Oalah... Kori. Iya, aku baru ingat, Mahar Khoiriyah itu Kori. Rumahnya dekat kok mas dari sini. Tinggal lurus aja kurang lebih 100 meter. Ada rumah cat pink, di depannya ada pohon rambutan. Nah, itu rumahnya." 

3. Drama Besuk di Rumah Sakit 
Kejadian ini menimpa salah seorang guru SD-ku. Jadi, guru SD-ku ini nama lengkapnya Najmu Munawaroh Wakidah. Di lingkungan keluarga dan tetangga, beliau dipanggil Bu Ana. 

Suatu hari, beliau harus dirawat di rumah sakit. Para tetangga pun berbondong-bondong menuju rumah sakit untuk menjenguknya. 

Ketika sampai di rumah sakit, para tetangga bertanya ke petugas, "Kami mau membesuk Bu Ana. Di mana ruangannya?" Sang petugas menyodorkan nama-nama pasien. Kemudian, para tetangga membaca satu per satu, tapi kok gak ada yang namanya "Ana"? 

Petugas juga bingung, karena memang setaunya semua nama pasien sudah dicatat, tapi kok bisa, ada satu pasien bernama "Ana" yang gak ada di daftar. 

Para tetangga yang hendak membesuk itu lebih bingung. Karena mereka tau pasti bahwa Bu Ana masih dirawat di rumah sakit itu. Mereka gak kepikiran untuk menghubungi keluarga Bu Ana dulu. 

Alhasil, para tetangga itu pun pulang dengan tangan hampa, gak jadi membesuk Bu Ana. Mereka berusaha positive thinking, bahwa mungkin Bu Ana sudah selesai opname tapi gak bilang-bilang. 

Usut punya usut, ternyata, di daftar nama yang disodorkan oleh petugas itu, tertulis nama N.M. Wakidah, yang mana gak ada unsur Ana-ananya sedikit pun. 

Pantas aja gak ketemu. Karena para tetangga nyari nama Ana, sedangkan yang tertulis adalah N.M. Wakidah. 

***

So, pesan moralnya adalah, bersyukurlah kamu yang nama panggilannya adalah nama depan. Kamu adalah seenak-enaknya manusia. 

Dan, bagi orang tua yang sebentar lagi mau punya anak, kalau bisa, nama panggilan si anak pakai nama depannya aja. Hahaha πŸ˜‚

Komentar

  1. Huahahaha, kocak mba Sekar post-nya 🀣

    Dijaman serba online begini, ada PR tambahan untuk orang tua dalam memberikan nama panggilan anaknya ternyata πŸ˜‚ By the way, nama panggilan saya pun nggak ada hubungannya sama nama lengkap saya macam Yaumil Husna yang dipanggil Sasa πŸ˜… Wk.

    Untungnya saya belum pernah alami orang-orang kebingungan saat antar barang πŸ™ˆ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oow mbak Eno termasuk golongan orang yg nama panggilannya gak ada di nama lengkapnya. Biasanya itu bermula dari panggilan sayang dari orang tua. Tp syukurlah mbak Eno gak pernah alami drama2 itu xixixi

      Hapus
  2. nama panggilanmu ngingetin aku sama salah satu penyiar radio favoritku di semarang, nama panggilanya anindia di panggilnya anin :)

    kalo aku sih nama panggilan sama nama lengkap sama, bahkan nama di blog ini jiga nama asli, jadi ga oernah punya drama dengan nama :D

    BalasHapus
  3. Ahhh ini bener banget, di kampus aku dipanggil Maulana (nama depanku), sedangkan di lingkungan keluarga sama temen deket sekolah aku dipanggil Syahid. Apakah ini derita bagi orang yang nama panggilannya nggak berasal dari nama depan :'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, mayoritas sih mengalami 3 "drama" di atas, mas. Tapi, bagi yang beruntung gak ngalamin kok πŸ˜†

      Hapus
  4. Nama juga bisa jadi rumit ya. Tapi nama panggilan Anin setidaknya masih ada dari namanya Sekar Anindya.

    Kalo nama asli Ahmad Husein, tapi panggilanku Agus. Katanya waktu kecil aku agak nakal makanya dipanggil Agus agar jadi cah bagus atau nurut. Jadilah nama panggilan Agus.

    Makanya kalo ke kelurahan orang sana bingung, kok nama Ahmad Husein dipanggil Agus.🀣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, baru tau aku, nama aslinya mas agus warteg tuh ahmad husein :P

      Hapus
  5. Nama panggilan saya Nday, tapi kalau bermasalah sama ojol atau kurir sih alhamdu lillaah belum. Soalnya tetangga emang tau nama asli saya, dan saya satu-satunya yang punya nama Nandar di kampung. Cuma masalahnya, nama panggilan Nday itu kerasa terlalu keimutan untuk muka yang keamitan. πŸ˜…

    Di kampung saya banyak juga sih yang nama panggilannya jauh dari nama asli. Misal Saepul Anwar jadi Apeng, atau Jayyid jadi Reyod. Malah yang nama panggilannya Reyod itu ada Reyod 1, ada Reyod 2. Haha.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Ibu Saya adalah Orang yang Beruntung dalam Hal…

Gak Mau Makan Mie Selain Indomie