Panitia Remidi

Ada satu istilah lucu di zaman aku sekolah dulu, yakni panitia remidi

Saat Ujian Akhir Semester (UAS) berakhir, nilai-nilai siswa dipajang di papan pengumuman. Siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), harus ikut remidi.

By the way, mengenai bentuk remidinya seperti apa, itu macem-macem. Ada yang disuruh mengerjakan ulang soal UAS, ada yang dikasih soal baru, ada juga yang disuruh bikin rangkuman. Tapi, mayoritas disuruh mengerjakan ulang soal UAS. Jawabannya ditulis di kertas folio bergaris. So, folio bergaris menjadi barang dagangan yang laris manis di koperasi sekolah.

Nah, siswa yang hampir semua nilainya di bawah KKM sehingga harus ikut banyak remidi disebut panitia remidi. 

Biasanya, di setiap kelas pasti ada aja murid yang ternobatkan sebagai panitia remidi karena sebegitu seringnya ikut remidi. Biasanya orang-orang sampai hafal siapa saja murid yang langganan remidi. Sampai-sampai, kalau tuh murid gak ikut remidi satu kali aja, rasanya kaya ada yang kurang. 

Aku sering mengamati sepak terjang para panitia remidi. Sehingga, sedikit banyak aku tau duka (sukanya apa, ya?) yang dirasakan oleh panitia remidi. 

Panitia remidi pusing kalau harus mengikuti 2 remidi di saat bersamaan. Misalnya, pagi ini jam 8 ada jadwal remidi matematika, eh, tapi di saat yang sama juga ada remidi biologi. Untungnya, di kondisi seperti ini biasanya bisa nego dengan guru mata pelajaran (mapel) yang bersangkutan. Sehingga, boleh kalau salah satu mapel remidinya menyusul di lain hari. 

Selain itu, panitia remidi juga harus sabar menanggung cobaan, karena teman-temannya gak mau bantu dia mengerjakan remidi. Walaupun si panitia remidi memberikan iming-iming hadiah menarik berupa traktiran makan mie ayam untuk orang yang mau bantu dia mengerjakan soal remidi, tetap aja, temannya gak ada yang mempan dengan sogokan itu. Hahaha. 

Aku sendiri jarang remidi, tapi pernah ikut beberapa kali. Dan, ternyata rasanya gak enak banget. 

Jadi, aku pernah ikut remidi suatu mata pelajaran yang kebetulan waktunya bersamaan dengan acara pensi (pentas seni). Kalau pada umumnya remidi dilakukan di ruang kelas yang lagi kosong, waktu itu aku harus ikut remidi di kantor guru. Kebayang dong, malunya kaya apa? 

Waktu aku dan teman-teman senasib sepenanggungan seperemidian sedang mengerjakan soal, ada seorang guru yang melihat kami dengan tatapan prihatin sambil nyeletuk, "Duh kasihan kalian... Murid-murid lain pada seneng-seneng lihat pensi, eh, kalian malah ikut remidi di sini." 

Whatttt??? 

Kok kesannya aku dan teman-teman yang ikut remidi tuh nelangsa banget, ya? Mana itu guru ngomong begitu sambil ngelihatin terus. Seolah-olah aku dan teman-teman yang ikut remidi tuh kaya tersangka yang ketangkep basah apa gitu. Wkwkwk ya ampun, gitu amat yak ikut remidi. 

Kapok, ah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susah Konsentrasi Selama Pandemi

Diam itu (Belum Tentu) Emas?

Semua Foto Akan Terlihat Jadul pada Waktunya