Orientasi Keluarga
Saya percaya bahwa setiap keluarga punya orientasi masing-masing. Kalau di jurusan kuliah saya, orientasi artinya penunjuk arah utara dalam peta. Tapi, orientasi yang saya maksud di sini adalah kecenderungan untuk mengutamakan sesuatu hal. Atau, dengan kata lain, bisa juga disebut sebagai prioritas.
Ada hal-hal kompleks yang mempengaruhi jenis orientasi dalam suatu keluarga. Hal-hal tersebut bisa berupa tipe kepribadian, tradisi dalam keluarga, hingga jumlah anggota keluarga. Tapi, saya tidak akan menjelaskan yang kompleks-kompleks itu. Di sini, saya hanya menulis jenis-jenis orientasi keluarga berdasarkan observasi kecil-kecilan yang saya lakukan. Tentu, ini tidak ilmiah. Jadi, hanya untuk seru-seruan saja.
***
Berikut macam-macam
orientasi keluarga:
Makanan
Sebuah keluarga yang
orientasinya makanan, biasanya punya ciri khas. Yang berperan sebagai ibu,
pasti pintar memasak. Si ibu ini punya kreativitas dan kemampuan masak-memasak
yang tidak main-main. Apa pun jenis bahan makanan yang tersedia, akan bisa
diolahnya menjadi masakan lezat.
Ibu di keluarga ini
biasanya sangat memperhatikan makanan di keluarganya. Dia tidak akan membiarkan
anak dan suaminya kelaparan. Pokoknya, masakan yang lengkap, enak, dan bergizi
adalah kebutuhan primer dalam keluarga ini.
Dalam keluarga ini,
berbagai snack selalu tersedia. Jenis-jenis snack-nya juga selalu
lengkap, banyak, dan up to date.
Keluarga tipe seperti
ini biasanya juga sangat suka makan bersama di luar rumah. Mereka akan
sering-sering makan di rumah makan, restoran, atau warung yang memang terkenal “enak”.
Kalau mereka lagi
liburan atau bepergian ke tempat yang jauh, oleh-olehnya tidak boleh terlewat. Mereka
benar-benar menyempatkan diri membeli makanan terbaik.
Namun, si ibu yang selalu
memasak lengkap dan enak ini juga mendatangkan dilema bagi si anak. Terutama,
jika si anak sedang ingin menurunkan berat badan. Jadi, si anak ingin mengurangi
porsi makannya, tapi dia selalu gagal karena si ibu selalu menyodorkan hasil masakannya
yang menggoda selera. Dan, sebagai ibu yang baik, biasanya si ibu akan menyuruh
anaknya untuk tidak usah repot-repot diet segala.
Pakaian
Tipikal keluarga
seperti ini sangat mengutamakan pakaian dan segala pernak-perniknya. Mengikuti mode
pakaian terbaru hukumnya wajib ‘ain.
Mereka tidak akan
sembarangan dalam membeli baju. Kualitas dan keterbaruan sangat diutamakan.
Anggota keluarga tipe
ini biasanya suka tampil modis. Pakaian tidak hanya diperuntukkan menutupi tubuh,
tetapi juga sebagai estetika.
Mereka sangat
memperhatikan ketepatan jenis pakaian mulai dari bahan, warna, dan model,
dengan event yang sedang diikuti. Pakaian untuk kondangan tentu punya
karakteristik yang berbeda dengan pakaian untuk plesiran atau
nongkrong-nongkrong.
Kendaraan
Jika keluarga lain
memperlakukan kendaraan hanya sebagai alat transportasi, keluarga tipe ini
tidak demikian. Kendaraan sudah menjadi bagian dari hobi. Jadi, levelnya itu
bukan hanya “punya”, melainkan sampai tahap “mengoleksi”.
Namun, ada juga
keluarga yang yang sangat memprioritaskan kendaraan karena sebab lain. Misal,
jumlah anggota keluarganya ada banyak. Setiap orang punya kesibukan dan agenda
masing-masing. Jadi, kendaraan dalam jumlah yang cukup sangat dibutuhkan untuk
membantu kelancaran kegiatan.
Bangunan
Keindahan rumah adalah
kebutuhan primer bagi keluarga tipikal seperti ini. Mereka suka mengutak-atik
dekorasi hingga tata ruang rumahnya. Pokoknya, desain bangunan rumah yang bagus
itu penting sekali bagi keluarga ini.
Ciri khasnya, mereka
suka sekali merehab rumahnya. Mungkin, bagi orang lain, rumahnya baik-baik
saja. Tapi, bagi mereka, masih ada yang perlu diperbaiki. Keluarga seperti ini
punya selera yang tinggi soal kualitas bangunan. Ibaratnya, ada cat dinding
yang sedikit mengelupas saja mengusik perhatian mereka sehingga pasti tak lama
kemudian segera dibenahi.
Bagi orang lain,
keluarga seperti ini sibuk sekali. Setiap tahun, ada saja tukang yang bekerja
di dalam rumahnya, Tapi, ya, bagaimana lagi. Perbaikan rumah sudah menjadi
semacam ritual wajib yang kalau tidak dilakukan, rasanya ada yang kurang bagi
mereka.
Perabotan
Keluarga yang
orientasinya perabotan, biasanya sangat mempertimbangkan berbagai aspek. Fungsionalitas,
keawetan, hingga keserasian menjadi parameternya dalam memilih perabotan yang
tepat. Harga perabotan yang mahal tidak menjadi penghalang. Motto mereka,
“Ada harga, ada kualitas.”
Mereka akan
menyelaraskan ukuran dan warna tembok ruangan dengan perabotan yang akan
dibeli. Membeli perabotan adalah program kerja yang tidak main-main. Kalau
perlu, sebelum membeli, buat proposalnya dulu. Sebab, punya perabotan yang
asal-asalan adalah mimpi buruk.
Liburan
Objek wisata yang lagi
booming di sosial media akan menjadi incaran keluarga tipe ini. Perburuan
tempat piknik yang aduhai menjadi aktivitas yang sangat menggairahkan bagi mereka.
Jika keluarga lain
hanya piknik bersama ketika ada libur panjang, tidak demikian dengan keluarga
ini. Bagi mereka, kesibukan bukanlah penghalang untuk bersenang-senang. Jangankan
piknik sebulan sekali, seminggu sekali pun ayo-ayo saja bagi mereka.
Karakteristik keluarga
yang orientasinya liburan, biasanya sangat menjunjung tinggi kebersamaan. Momen
liburan menjadi sarana mempererat kasih sayang antarsesama anggota keluarga.
***
Itulah jenis-jenis
orientasi keluarga berdasarkan penglihatan saya. Jangan dianggap serius, ya.
Melalui pengamatan
itu, saya jadi sadar bahwa setiap keluarga itu unik. Keunikan itu ada karena
berbagai perbedaan. Nah, adanya perbedaan ini, seringkali menggelitik kita
untuk study banding atau membandingkan keluarga kita dengan keluarga
lain.
Biasanya, setelah
melakukan study banding, ada 2 kemungkinan yang terjadi. Pertama, kita
merasa insecure. Insecure terjadi jika kita merasa berada di bawah
keluarga lain (keluarga yang sedang kita amati). Kita merasa, keluarga kita
tidak sebagus keluarga lain. Kedua, kita merasa sombong. Kita cenderung sombong
jika kita merasa lebih unggul dari keluarga lain.
Kadang, baik insecure
maupun sombong akan menuntun kita untuk memberikan cap yang tidak baik ke
keluarga lain. Jika kita insecure karena merasa tidak sebaik keluarga
lain, kita cenderung menyematkan label “boros” pada keluarga tersebut.
Sebaliknya, jika kita
sombong karena merasa lebih unggul, kita biasanya menyematkan label “pelit”
pada keluarga tersebut.
Misal, orientasi
keluarga kita adalah makanan. Lalu, ada tetangga yang orientasinya kendaraan. Kita
lantas mengomentari si tetangga itu, “Kalau kendaraan saja boros. Tapi, kalau urusan
makanan, pelitnya minta ampun.”
Padahal, kalau kita menyadari
sepenuhnya, itu semua hanyalah perbedaan orientasi. Dan, perbedaan orientasi
keluarga hanyalah perbedaan pilihan atau preferensi yang tidak perlu diperdebatkan.
Juga, tidak ada rumus, orientasi mana yang paling baik.
Memang, di antara
sekian banyak fenomena, pasti ada penyimpangan. Seperti halnya keuangan yang
tidak sehat, besar pasak daripada tiang, dst. Tapi, bukankah siapa pun yang
menyimpang itu sudah tahu konsekuensinya?
Selain itu, kadang
kita sulit membedakan mana yang orientasi, mana yang konsumtif. Ya, bisa jadi, jarak
antara keduanya hanya dipisahkan sehelai rambut.
Mungkin, yang perlu kita lakukan adalah membatasi orientasi itu. Orientasi secukupnya akan mendatangkan kebahagiaan. Tapi, orientasi yang diumbar terus-terusan, akan menjelma jadi konsumtif. Jika sudah sampai tahap konsumtif, tentu kebahagiaannya sedikit demi sedikit berubah menjadi kesengsaraan. Sebab, pelaku konsumtif akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasratnya.
orientasi aq saat ini bangunan sama perabotan tapi bukan untk berlebih justru ingin punya lebih jadi nabung terus biar orientasinya tercapai di tahun depan
BalasHapusWah. Orientasi keluargaku bukan salah satu dari pilihan di atas. Haha.
BalasHapusKayaknya keluargaku orientasinya sama pakaian, tapi aku cenderung buat menahan belanja beberapa tahun ini. Berasa males aja buang-buang uang padahal yang dipakai itu lagi itu lagi
BalasHapusSepertinya orientasi keluargaku itu perabotan. Piring dan sendok banyak banget 🤣
BalasHapus