Semua Foto Akan Terlihat Jadul pada Waktunya
Saya percaya, semua orang suka mengabadikan momen di hidupnya melalui foto. Lewat foto, kita bisa bernostalgia. Mengingat berbagai kejadian mengesankan di masa lalu. Saya suka mengamati perubahan yang terjadi di kehidupan ini melalui foto.
Oke, langsung saja
kita ke pembahasannya:
Sebagian besar
anak-anak kelahiran 1990-an mempunyai gaya berfoto yang khas. Mereka biasanya
pernah merasakan yang namanya berfoto di studio. Anak perempuan menggunakan rok
terusan di bawah lutut serta rambutnya dikuncir dua.
Lalu, anak laki-laki
memakai baju kemeja lengan pendek yang dimasukkan rapi, dalam celana sepanjang tiga
per empat, serta rambutnya dibelah tengah.
Tak lupa, ibu mereka
mengarahkan bagaimana mereka harus berekspresi di depan kamera. Seringkali, mereka
tampak seperti dipaksa senyum.
***
Di zaman tahun
2008-2012, media sosial Facebook sedang naik daun. Nyaris semua orang
memakainya. Kita berlomba-lomba meng-upload foto sebanyak mungkin. Saya masih
ingat berbagai kebiasaan yang sangat nge-trend di FB kala itu:
Pertama, nama FB tidak
menggunakan nama asli. Kita menggunakan nama gaul yang panjang, diselingi huruf
X dan Z, serta huruf besar dan huruf kecil. Misalnya: Febrie Cyankx Dya Claloe,
Laraz Chiendta Dhamaii, Febrian Slalou Berzabar, dst.
Kedua, ekspresi kita
di foto profil adalah manyun-manyun atau miring-miring atau melet-melet atau
mengacungkan 2 jari (peace).
Ketiga, kita menulis biodata,
pernah bekerja di PT Mencari Cinta Sejati.
Keempat, kita membuat
status setiap hari. Bahkan, dalam 1 hari, kita membuat banyak status.
Kelima, kita sering
ditandai atau menandai banyak teman untuk foto yang di-upload, walau
kadang gak ada hubungannya.
***
Melalui foto, kita
juga bisa menyaksikan perubahan trend fashion dari waktu ke waktu.
Pada tahun 2011-2012,
model hijab yang popular adalah hijab segi empat yang diputer-puter. Tak lupa,
di kepala bagian belakangnya dipasang bross atau biasa disebut cepol,
yaitu sejenis peniti berukuran besar yang disertai hiasan manik-manik berukuran
panjang.
***
Lalu, pada kisaran
tahun 2013-2015, tutorial hijab menjadi trend di YouTube. Saya masih
ingat, ketika itu, tutorial make up masih kalah pamor dibandingkan
tutorial hijab.
Salah satu Youtuber
tutorial hijab yang hitz adalah Natasha Farani. Dia membagikan video
berbagai macam seluk-beluk hijab. Jadi, ada banyak jenis kain hijab, ada kain
paris, ceruti, wool, dll.
Selain itu, hijab
ternyata bisa dikreasikan sedemikian rupa. Hijab bisa digulung, diputer,
ditali, bahkan ditumpuk-tumpuk. Tapi, jenis hijab yang paling populer ketika
itu adalah hijab paris. Mungkin karena mudah didapat dan harganya yang amat
terjangkau menyebabkan siapa pun memakainya.
***
Tahun 2016, eksistensi
hijab paris digantikan oleh hijab rawis. Mungkin karena hijab rawis ini lebih
tebal, kaku, mudah dibentuk, dan tidak letoy jika tertiup angin sehingga siapa
pun tertarik mencobanya.
Selain itu, mulai
tahun 2016 ini, pamor video tutorial hijab di YouTube mulai turun. Tutorial make
up menyalip. Mulai dari tutorial make up hanya dengan modal 200.000,
tutorial make up remaja yang tidak menor, hingga tutorial make up
wisuda, ada semua di YouTube.
***
Kemudian, pada tahun
2017, ada perubahan drastis dalam model kacamata. Sebelum tahun ini, orang-orang
lebih suka memakai kacamata yang frame-nya tipis dan berbentuk kotak. Sementara
itu, mulai tahun 2017 hingga sekarang, hampir semua orang menggunakan kacamata
berbentuk bulat yang ukurannya besar dan menutupi sebagian permukaan pipi.
Entah kenapa, mulai
tahun 2017 hingga sekarang, kacamata berbentuk kotak itu terlihat jadul banget.
Yang pakai kacamata kotak sekarang ini biasanya para orang tua atau orang yang
sudah berumur.
***
Lalu, mulai tahun 2018
hingga sekarang, para millennials punya gaya berpakaian yang sangat
kentara. Mereka yang perempuan suka mengikat hijabnya ke belakang. Saya pernah
mencoba model hijab seperti ini. Tapi, kok rasanya panas banget, ya? Rasanya,
leher seperti terpenjara. Sehingga, saya copot ikatan hijabnya dan saya balik
ke style hijab semula.
Selain itu,
berdasarkan pengamatan saya, pada tahun 2018 hingga sekarang, anak muda kekinian
itu lebih suka warna pakaian yang netral dan kalem. Intinya, millennials zaman
now lebih suka pakaian polos berwarna monokrom atau warna pastel.
Jarang sekali yang
warna bajunya warna-warni seperti pelangi. Saya pun juga mengikuti trend ini.
Dua tahun belakangan, saya pakai hijab yang warnanya itu-itu saja. Hijab warna
hitam, coklat tua, biru dongker, abu-abu, krem, selalu saya
pakai-cuci-jemur-pakai lagi. Entah kenapa, saya merasa warna-warna netral
seperti ini lebih multifungsi. Cocok dipadupadankan dengan baju apa pun.
***
Selalu ada cerita di
balik sebuah foto. Hanya dengan melihatnya, pikiran kita bisa menerawang jauh
ke belakang, merangkai kejadian demi kejadian di balik foto itu. Biasanya juga
ada peristiwa penting yang membersamai sebuah foto.
Misalnya, sebuah foto
kita mengenakan masker, yang kita potret baru-baru ini. Mungkin, 10 atau 15 tahun
mendatang, kita tidak hanya melihat masker di foto itu, tetapi juga melihat
peristiwa yang menggegerkan dunia bernama Corona.
Semua foto akan
terlihat jadul pada waktunya. Foto yang kita ambil tahun 2000, terlihat sangat
modern pada saat itu. Namun, terlihat kuno jika kita lihat sekarang. Jangankan foto
tahun 2000. Foto tahun 2015 saja, sudah kita anggap jadul di tahun 2020 ini,
kan?
Dan, biasanya, ada
rasa malu ketika kita melihat foto-foto atau status-status jadul. Ketika kita
membuka akun FB, dan kita mendapati fakta bahwa kita pernah mengupload foto
yang menurut kita sekarang terlalu alay, kita akan sangat malu. Kita berharap,
sekarang, jangan sampai ada orang lain yang melihatnya.
Status juga demikian. Jika
kita iseng nge-scroll status FB kita zaman dulu, kita juga akan malu. Kita
menulis status yang isinya mengeluh, curhat, bahkan misuh-misuh atau
berkata kasar. Kita heran, “Kok aku dulu nulis status kayak gitu, ya? Itu beneran
aku atau bukan, sih?”
Maka, zaman sekarang,
sudah banyak orang yang mem-private akun FB-nya. Ada juga yang menghapus
semua foto dan statusnya. Bahkan, ada juga yang men-delete permanen akun
FB-nya.
***
Rasa malu atas hal
yang pernah kita lakukan di masa lalu itu ada bagusnya. Artinya, kita sudah
berubah menjadi lebih baik. Kita tahu, bahwa apa yang kita lakukan di masa lalu
itu buruk atau tidak pantas dipertontonkan atau setidaknya masih perlu
diperbaiki.
Namun, walaupun kita
malu melihat foto kita zaman dulu, bukan berarti kita harus menghapus atau
membakarnya semua, kan?
Menurut saya, justru,
kita perlu menyisakan beberapa foto di setiap zaman. Kalau perlu, minimal kita
punya satu foto di setiap tahun. Setidaknya, melalui foto-foto itu, kita bisa
melihat perubahan pada diri kita. Setidaknya, kita punya tontonan. Setidaknya,
kita bisa bercerita pada anak cucu nanti, “Aku dulu pernah begini, lho.”
Entahlah. Mungkinkah 10 atau 15 tahun mendatang, saya akan malu melihat tulisan-tulisan saya sendiri di blog ini?
PT MENCARI CINTA SEJATI, wkwkwkwkkw saya ketawa baca bagian itu . Tapi emang bener zaman fb dulu sering banget pakek nama tuh PT
BalasHapusTulisan ini bikin senyum-senyum sendiri
BalasHapusBuka-buka album foto lama serasa memanggil kenangan deh
Tapi memang benar, semua akan jadul pada waktunya haha
Wkwkwk valid banget sih kak,, saya juga kayak gitu kecuali bekerja di pt cinta sejati
BalasHapus🤣😂
Hapus